Beasiswa YTB. Berikut ulasan wartawan Harian Jogja, Wulan Agustina
[Foto dari Harian Jogja, 29/01/2017] |
Melalui
surat elektronik, Bernando J. sujibto alias Bje, mahasiswa asal Sumenep, Madura
yang saat ini belajar di Turki menuturkan pengalamannya kepada Harian Jogja.
Bje
adalah seorang alumni mahasiswa S1 Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Sekarang sudah
menyelesaikan studi master jurusan Sosiologi pada Department Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas
Selcuk, Konya, Turki melalui beasiswa YTB (Presidency for Turks Abroad and
Related Communities).
“YTB
adalah beasiswa yang dikelola langsung oleh pemerintah Turki. Atau singkatannya
bisa disebut beasiswa pemerintah Turki,”ujarnya, Sabtu (28/1). Beasiswa ini
meliputi semua jenjang pendidikan S1, S2, S3 dan penelitian. Yang menarik, YTB
menyediakan asrama gratis, biaya kuliah dan living cost atau biaya hidup
bulanan.
Fasilitasnya
memang menarik, tapi tuntutannya terhadap calon penerima beasiswa juga cukup
tinggi. “Semua yang mendaftar dan terpilih diwajibkan mengikuti kursus kelas
bahasa Turki. Karena salah satu target dan tujuan dari Beasiswa YTB adalah "memaksa" mahasiswa mengetahui bahasa
dan kebudayaan Turki,” katanya.
Meskipun
di beberapa fakultas pengantar kuliah memakai bahasa Inggris, Bje menyebutkan,
mahasiswa YTB diwajibkan untuk belajar bahasa Turki terlebih dahulu selama satu
tahun. “Saya memang ingin dan bercita-cita studi lanjutan di luar negeri.
Pilihan saya Kuba, Turki dan India. Akhirnya terpilih di Turki. Turki memang
menjadi minat saya terutama dalam konteks karya-karya kebudayaan dan sastra
mereka,” ucap Bje.
Menurut
Bje, beradaptasi di Turki bukanlah hal yang sulit. Secara agama dan kultur bisa
dibilang dekat dengan Indonesia, sebagai mayoritas Islam. “Paling lebih ke
karakter dan pola hidup serta behavior saja,” katanya.
Bje
menjelaskan bahwa Turki bukanlah negara pertama yang pernah ia kunjungi.
Sebelumnya ia pernah short course ke
Amerika Serikat dan Australia. Secara mental dan cara adaptasi ia bisa
mengatasi. Yang terpenting menurutnya adalah sikap tahu diri. “Untuk Turki,
hati-hati dengan sikap politik personal. Karena di sini sangat kuat ideologi
politik mereka,” ujarnya.
“Ada
beberapa kiat yang dominan menurutnya untuk bisa lolos kuliah di luar negeri
dengan beasiswa. Menurut Bje di antaranya adalah nilai akademik harus kuat dan
semakin tinggi semakin diperhitungkan. Tetapi untuk hal tersebut menurutnya
bukanlah menjadi syarat utama. Kedua, karya dan kegiatan-kegiatan yang nyata.
“Saya
melihat ini aspek dominan juga. Mereka yang berkarya baik tulisan, kegiatan
sosial, karya akademik penelitian, atau semacam karya kreatif lainnya sesuai
dengan jurusan dan bidangnya akan mendapatkan perhatian lebih. Kalau saya yang
paling ditonjolkan adalah karya-karya tulisan seperti buku dan penelitian, di samping
itu kegiatan-kegiatan sosial yang saya garap dan inisiasi bersama
komunitas-komunitas,” ucapnya.
Dan
yang terpenting, lebih ke teknis syarat beasiswa adalah Letter of Intent (Surat
Pernyataan Keinginan). “Semakin kuat dan meyakinkan akan semakin oke. Rencana
riset dan rekomendasi juga sangat penting, semakin kuat, semakin bagus.”
Semua yang mendaftar dan terpilih diwajibkan mengikuti kursus kelas bahasa Turki. Karena salah satu target dan tujuan dari Beasiswa YTB adalah "memaksa" mahasiswa mengetahui bahasa dan kebudayaan Turki
LPDP
Edufair
Jalur
lain yang bisa ditempuh mahasiswa dari Jogja untuk kuliah ke luar negeri adalah
melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Setiap tahun LPDP Edufair
menggelar pameran pendidikan alias Edufair. Tahun ini LPDP akan diadakan di
beberapa kota.
“Saya
ingin ikut LPDP Edufair karena ada keinginan untuk kuliah ke luar negeri.
Walaupun engga tahu mau kuliah lagi atau kerja. Tapi kan hal seperti itu tidak
bisa mendadak. Jadi saya mempersiapkannya dari sekarang,” ucap Nur Fitriatus
Shalihah salah satu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sudah
mendaftar dan mendapatkan konfirmasi berupa tiket LPDP Edufair kepada Harian
Jogja.
Menurut
Fitri, akan tersedia banyak stand di LPDP Edufair 2017. Ada stand perwakilan
universitas-universitas luar negeri, juga terdapat tes TOEFL/IELTS yang dapat
diperoleh secara gratis, juga terdapat seminar. “Jadi mungkin akan betah di
sana seharian,” katanya.
Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari laman resmi LPDP Edufair 2017, event tersebut
akan dilaksanakan di tiga kota, yaitu Jakarta pad 31Januari 2017 bertempat di
Dhanapala Building Minstry Finance, Surabaya pada 2 Februari 2017 di Airlangga
Convention Center, dan terakhir Yogyakarta, 4 Februari 2017 di Sportorium UMY.
Ketiga event tersebut akan dilaksanakan mulai pukul 07.30 hingga 18.00. Dengan
berbagai konten acara seperti Scholarship and
Higher Education Expo, Inspiring Talkshow, TOEFL/IELTS Prediction Test, juga Art Performances.
Untuk
mengikuti LPDP EduFair, peserta wajib melakukan registrasi terlebih dahulu
melalui lpdpedufair.com. Registrasi dibuka menjadi 3 gelombang. Gelombang
pertama dibuka mulai Minggu, 15 Januari
hingga Sabtu, 21 Januari 2017. Gelombang kedua dibuka mulai Selasa, 24
Januari hingga Kamis, 26 Januari 2017, dan Gelombang ketiga yang akan dibuka
Minggu, 29 Januari hingga 30 Januari 2017. “Jika sudah mendapatkan e-mail
balasan dari LPDP EduFair berupa tiket berarti peserta tersebut sudah
terdaftar,” begitu yang dikatakan panitia LPDP EduFair via twitter. Tiket
tersebut adalah tiket masuk ke LPDP EduFair.
Saat
ini jumlah peserta yang terdaftar pada Gelombang I dan II untuk kota Jakarta
mencapai 15.285 orang, Surabaya mencapai 8.350 orang, dan Yogyakarta mencapai
13.890 orang. Dan hanya tersisa 5.000 tiket untuk Gelombang ketiga.
Panitia
juga menghimbau untuk semua peserta agar mengikuti segala informasi di web
maupun media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram LPDP edufair
resmi. Untuk mengetahui berbagai informasi terbaru dan pertanyaan terkait LPDP
EduFair yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini.
Incar
Negara Eropa
Ibnu
Muslim Putra Darmawan mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jogja
menuturkan selama ini dirinya berupaya keras untuk memperoleh beasiswa demi
melanjutkan studinya di luar negeri. “Kalau usaha sih jelas banyak, terutama
syarat fundamentalnya yaitu bahasa Inggris karena engga bisa dipungkiri poin
ini merupakan salah satu syarat utama,” kata Ibnu.
Untuk
beasiswa yang ia minati point standar mencapai angka 577 untuk TOEFL dan 6.5
untuk IELTS. Angka yang dirasa cukup tinggi tersebut tentu membuat Ibnu banyak
melakukan hal yang dapat meningkatkan poinnya. “Saya biasanya mencari info
melalui internet dan beberapa kenalan yang sudah lolos beasiswa,” ucapnya.
Ia
mengaku telah dua kali mencoba menembus program beasiswa. Yang pertama yakni
melalui LPDP, sedangkan yang kedua yakni Erasmus+. Negara-negara di Skandinavia
seperti Filandia, Swedia, Denmark, atau Norwegia menjadi impian bagi Ibnu untuk
melangkahkan kakinya ke sana. Menurutnya, negara-negara tersebut dari sisi
kualitas tidak kalah dengan negara Inggris maupun Belanda.
“Selain
itu, sepertinya lingkungannya pun mendukung bagi saya secara pribadi untuk
belajar dengan nyaman,” ujar Ibnu.
Meski
telah berkali mencoba, Ibnu tak pantang menyerah untuk meraih mimpinya
mendapatkan beasiswa menuju eropa. “Faktor rejeki juga berpengaruh di sini,
kalau belum rejeki juga sulit,” ungkap Ibnu.
Sumber tulisan: Harian Jogja
3 komentar
Write komentar:ng asyikkkk
Replyadmin bantu aku buat dapetin beasiswa YTB pleasseeeeeeee :(
ReplyKalau sharing ttg trik dapat YTB bisa bantu... silahkan
ReplyEmoticonEmoticon