Di Turki, salah satu ulama yang menekuni satu dari kedua ilmu tersebut (yakni ilmu nahwu) adalah Imam Birgivi
[Makam Imam Birgivi di Ödemiş, İzmir. Foto: Penulis] |
Ketika mempelajari Bahasa Arab, kita sebagai seorang penuntut ilmu tidak akan terlepas dan tidak mau tidak mau harus berkenalan dengan caang ilmu alat, yaitu ilmu nahwu dan sorof. Dalam panggung sejarah, para ulama ilmu nahwu dan sorof memiliki dua sudut pandang yang berbeda yaitu antara ulama Basrah dan ulama Kuffah.
Di Indonesia mayoritas ulama para pelajar ilmu nahwu dan sorof mengikuti ulama Kuffah sedangkan di Turki mengikuti ulama Basrah. Di Turki, salah satu ulama yang menekuni satu dari kedua ilmu tersebut (yakni ilmu nahwu) adalah Imam Birgivi.
Mengenal Imam Birgivi
Imam Birgivi memiliki nama asli Taqiyuddin Mehmed bin Pir Ali. Dia lahir pada tahun 1523 M di desa Kepsud, Balıkesir, Turki dan wafat pada tahun 1573 M di desa Ödemiş, İzmir. Ayahnya adalah seorang sarjana terkenal pada pada zamannya. Imam Birgivi pergi ke Istanbul untuk melanjutkan pendidikannya dan ia menjadi guru di daerah Edirne. Selama di Istanbul Imam Birgivi melihat para ulama sufi yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran syariat islam. Imam birgivi meninggalkan banyak karya tulis yang sampai saat ini masih dilestarikan atau digunakan oleh para umat Muslim maupun non-Muslim, seperti para orientalis dan oksidentalis yang sedang mengkaji baik sejarah maupun ajarannya.
Imam Birgivi, menurut penulis, merupakan ulama religius komprehensif, karena beliau mengabdikan hidupnya untuk agama Islam, juga tidak kurang dari 53 kitab telah ditulisnya dalam berbagai topik tentang permasalahan keislaman. Salah satu karya masterpiece-nya adalah al-Tariqah al-Muhammadiya yang ditulis dalam Bahasa Arab dan diterjemahkan dalam Bahasa Turki oleh Dr. Nedim YIlmaz berjudul Tarikat-I Muhammediyye, berisi tentang nasihat-nasihat ajaran-ajaran syariat Islam. Oleh karena itu, para sarjana tidak sedikit yang mengkaji ajaran etika sang Imam.
Imam Birgivi juga dikenal sebagai ulama Sufi, tentu saja karena pengaruh karya masterpiece-nya al-Tariqah al-Muhammadiya tersebut. Di dalam buku tersebut juga berisi tentang ajaran-ajaran untuk mengerjakan perintah Alquran dan Sunnah dan meninggalkan sesuatu yang bid’ah dan sesuatu yang meragukan (subhat). Meskipun dalam pengkajian buku tersebut oleh para sarjana menghasilkan perbedaan pandangan, Naoki Yamamoto (sarjana dari Jepang) melaporkan bahwa Imam Birgivi dalam bukunya al-Tariqah al-Muhammadiya mengkritik para sufi lain yang tidak sesuai dengan argumen beliau. Seperti para sufi yang melakukan tarian dan nyayian. Bagi Imam Birgivi, orang yang melakukan tarian dan nyanyian ialah tidak mengikuti perintah al-Quran dan Hadis. Tetapi itu adalah sebuah perbedaan argumen dan keduanya sama-sama memiliki dalil masing-masing.
Ilmu Nahwu
Kata Imam Birgivi syariat adalah maqam yang paling utama, oleh karenanya sudah barang tentu Imam Birgivi menguasai bahasa Arab sebagai pintu menuju pemahaman ilmu-ilmu syariat seperti Alquran, fikih, kalam, mantiq dll.
Selain buku al-Tariqah al-Muhammadiya, buku nahwu (grammar) merupakan karya masterpiece Imam Birgivi. Buku tersebut masih digunakan sampai saat ini oleh para santri yang sedang belajar Bahasa Arab khususnya di Turki. Buku Nahwu tersebut ada dua buku yaitu Awamil dan Izhar. Awamil dan Izhar merupakan buku nahwu yang mengikuti ulama Basrah. Seperti yang telah diketahui bahwa Turki menganut ulama Basrah dalam konteks ilmu nahwu dan sorof sedangkan di Indonesia menganut ulama Kuffah. Buku-buku yang termasyhur di pesantren salaf di Indonesia seperti al-Jurumiyyah, Imrity, dan Alfiyah.
Inilah beberapa warisan dari Imam Birgivi yang sangat berharga, karena warisan yang paling berharga adalah ilmu yang diamalkan dan ditulis. Karena kata Sayyidina Ali R.A; “Tulisan itu abadi. Tulislah sesuatu yang akan menyenangkanmu di akhirat nanti”. Semoga warisan-warisan Imam Birgivi bisa menyenangkan beliau dan pembaca di akhirat nanti. Wallahua’lam…
Warto’i Muzaffer
Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Studi Agama-Agama. Sekarang sedang belajar Bahasa Arab di Kota Manisa, Turki.
Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Studi Agama-Agama. Sekarang sedang belajar Bahasa Arab di Kota Manisa, Turki.
2 komentar
Write komentarI guess this is some amazing update regarding Turkey. I can tell by looking at the picture you have used but would love to know more. Kindly share the English version as well.
Replyالسّلام عليكم يا اخي
ReplyEmoticonEmoticon