"Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno pernah berbicara banyak tentang Turki dan Atatürk dalam majalah Panji Islam"
[Presiden Soekarno di Kawasan Ulus, Ankara, setelah Keluar dari Gedung Parlemen Turki. Arsip Foto Koran Cumhuriyet] |
Ada satu kutipan menarik yang disampaikan oleh Presiden Soekarno: "Sebab, sebenarnya, orang yang tidak datang menyelidiki sendiri keadaan di Turki itu, atau tidak membuat studi sendiri yang luas dan dalam dari kitab-kitab yang mengenai Turki itu, tidak mempunyailah hak untuk membicarakan soal Turki itu di muka umum. Dan lebih dari itu: ia tidak mempunyai hak untuk menjatuhkan vonis atas negeri Turki itu di muka umum."
Nampaknya, Presiden Soekarno memiliki minat yang amat mendalam terhadap perkembangan politik di Turki hingga menulis pernyataan tersebut.
[Presiden Soekarno Tiba di Lapangan Terbang Esenboğa Ankara, Disambut Presiden Celal Bayar (Kanan). Arsip Foto Kantor Kepresidenan Turki] |
Selama di Turki, Presiden Soekarno berkesempatan mengunjungi Anıtkabir, makam Atatürk. Di Anıtkabir beliau berpidato di hadapan pemuda Turki dan menyampaikan bahwa Atatürk telah menjadi salah satu inspirasi Presiden Soekarno dalam merumuskan gagasan hubungan agama-negara.
Selanjutnya, pada tanggal 26 April 1959, Presiden Soekarno juga mengunjungi Istanbul dan tempat-tempat bersejarah di kota tersebut. Pada tanggal 29 April 1959, Presiden Soekarno menyelesaikan kunjungannya di Turki dan melanjutkan kunjungannya ke Polandia. Sayang sekali, setelah kunjungan Presiden Soekarno dari Turki, nampak tidak ada artikel yang beliau tulis sebagai refleksi tentang kenyataan yang beliau lihat sendiri di Turki.
Kunjungan Presiden Soekarno ke Turki ini tentu penting dan layak untuk kita ingat. Karena peristiwa tersebut merupakan awal dari kunjungan antar pemimpin kedua negara yang terus berlanjut hingga sekarang dan sekaligus menjadi fondasi bagi hubungan bilateral Indonesia-Turki yang terus membaik. Di masa-masa ketika Perang Dingin sedang memanas dan Turki pada masa itu menjadi bagian dari Blok Barat, Presiden Soekarno dengan pandangan Non-Bloknya tetap mencoba untuk membangun persahabatan dengan Turki --sebuah negara demokratis, modern, dan berpenduduk mayoritas Muslim. Presiden Soekarno pada saat itu mungkin memiliki keyakinan dan visi bahwa Turki suatu saat akan jadi salah satu negara yang punya ikatan kuat dengan Indonesia.
Oleh karena itu, tak ada salahnya jika kita berharap semoga hubungan Indonesia-Turki tetap berlanjut dengan hangat dalam semangat persaudaraan!
(Diadaptasi dari berbagai sumber)
EmoticonEmoticon