Mari berkenalan dengan komunitas-komunitas masyarakat Indonesia di Turki. Semoga bermanfaat. Dirgahayu Indonesia kita yang ke-71
|
[Salah Satu Kegiatan Komunitas TIH di Turki. Foto Dok Pribadi TIH] |
Sebagai kado peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, tim Turkish Spirit berkerja gotong royong dengan ikhlas mendata dan mengumpulkan komunitas-komunitas masyarakat di Turki. Tujuan proyek ini adalah untuk memperkenalkan keberagaman masyarakat Indonesia di Turki dengan mementaskan jenis-jenis komunitas dan kelompok yang selama ini sudah berdiri. Karena sejauh ini komunitas tersebut belum diangkat ke publik baik oleh organisasi resmi ataupun oleh instansi lain di Turki.
Dus, inisiatif tim TS (yang terlibat untuk tulisan Bagian Pertama adalah Ananda Serigar, Hari Pebriantok dan Bernando J. Sujibto) semoga bermanfaat demi menghadirkan keberagaman Indonesia tepat di Hari Ulang Tahun Kemerdekaannya yang ke-71 ini.
Di samping itu, TS ingin menyajikan "Indonesia mini" di Turki sebagai refleksi nyata dari keberagaman Indonesia itu sendiri. Untuk itu, komunitas para pelajar ataupun masyarakat Indonesia di Turki secara umum akan kami terbitkan secara berseri di Turkish Spirit. Dalam terbitan Bagian Pertama ini kami menurunkan komunitas The Indonesian Hanımlar, PCINU Turki, Cakrawala RUHUM, IKPM Turki dan IKAMAT,
Mari berkenalan dengan komunitas-komunitas masyarakat Indonesia di Turki. Semoga bermanfaat. Dirgahayu Indonesia yang ke-71. Semoga semakin baik dan jaya, menjadi negeri berkeadilan untuk semua!
The Indonesian Hanımlar (TIH)
Tahun Berdiri:
2 September 2013
Jenis Komunitas:
Dalam bentuk grup komunitas di Facebook
|
[Kegiatan TIH bersama Dubes Indonesia di Turki Bapak Wardana. Foto Dok Pribadi TIH ] |
Salah satu komunitas Masyarakat Indonesia di Turki yang tak
banyak diketahui adalah sebuah perkumpulan yang nemamakan dirinya The Indonesian Hanimlar (TIH). TIH adalah Komunitas Perempuan-Perempuan Indonesia
yang menikah dengan pria Turki di seluruh dunia.
Saat ini anggota yang tercataat dalam komunitas TIH berjumlah 423
orang, tersebar di 14 negara seperti Turki, Indonesia, Amerika Serikat, Jordan,
Australia, Singapura, Jerman, Afrika Selatan, Belanda, Georgia, Kazakstan,
Kanada, Inggris dan Saudi Arabia.
Istri-istri orang Turki menyebar di banyak negara karena mereka mengikuti
suami-suami mereka kerja dan tinggal di negara bersangkutan. Meski begitu
mereka tetap berinteraksi dalam komunitas The
Indonesian Hanimlar.
Tujuan TIH adalah untuk menjalin ikatan persaudaraan, memperluas
wawasan dan memperkaya jiwa perempuan-perempuan Indonesia yang menikah dengan
pria-pria Turki di seluruh dunia. TIH mempunyai juga karakter khas yang mereka
junjung bersama, misalnya seperti bersikap rendah hati, sederhana dan sopan
(modest), terbuka terhadap hal-hal baru, memantaskan diri (decent) dan
senantiasa berempati para orang lain.
Di samping itu, dalam komunitas Facebook-nya mereka memperbolehkan
postingan apa saja yang dikira bermanfaat selain hal-hal seperti: postingan
tidak boleh ada unsur politik dan diskiminasi SARA, tidak menyudutkan dan
menjelekkan orang lain atau keompok laik, postingan bersifat pribadi dan tidak
ada hubunganya dengan hanimlar yang
lain, jangan ada gambar tak senonoh dan vulgar dan dilarang untuk posting
barang-barang promosi dan jualan.
“75 % tinggal menetap di Turki (menyebar di seluruh wilayah
Turki), 6 % di Indonesia dan 19 % tersebar di 12 negara lain,” jelas ketua TIH Fardal
Dalle saat dihubungi tim TS.
Namun, mereka yang tercatat dalam grup Facebook berjumlah
sekitar 334 orang. Selebihnya terdaftar dan berinteraksi lewat live notes TIH saja. Beberapa alasan
mereka tidak terdaftar di grup FB TIH adalah karena pertama tidak memiliki akun Facebook dan kedua
mereka punya akun Facebook tapi tidak ingin masuk ke grup FB TIH.
Karena TIH bukan organisasi formal, jadi tidak ada pergantian
pengurus dan semacamnya. Sistem kepengurusannya adalah dengan cara person in charge. Fardal Dalle sebagai
founder dan dibantu 4 orang admin: Ghe Gizem Lüş (Istanbul, European side),
Yusnita Öner (tinggal di Florida, USA), Yulianti Elsa Oktay (Yozgat, Turki) dan
Iis Arslankaya (Izmir, Turki) (bje/ts).
PCINU Turki
Tahun
Berdiri: 2011
Jenis
komunitas: Komunitas kekeluargaan warga nahdliyin di Turki
|
[Salah Satu Kegiatan PCINU Turki. Foto Dok Pribadi PCINU] |
Embrio Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki adalah
Komunitas Warga Nahdliyyin di Turki (KWNT) yang terbentuk tahun 2011 silam. Komunitas
ini bertujuan mempertahankan serta berusaha mensosialisasikan pemahaman Islam
yang ramah serta bijak; Islam yang menghormati dan mengedepankan diskusi bukan
anarki; Islam yang menghormati bukan mencaci dan menghakimi; Islam yang
menjunjung tinggi kearifan lokal serta universalitas pesan Ilahi.
Menurut informasi Ketua
Tanfidziyah PCINU Turki Yafik Mursyid, ketika jumlah anggota semakin bertambah,
antusiasme serta sambutan positif dari berbagai pihak mulai terlihat, akhirnya
warga nahdliyyin di Turki sepakat mengadakan Musyawarah Perdana Komunitas Warga
Nahdliyyin di Turki (KWNT) yang diselenggarakan di Istanbul pada tanggal 3 Juni
2012.
Dalam musyawarah tersebut
terbentuklah wadah resmi PCINU Turki yang beranggotakan pelajar dan masyarakat
Indonesia yang berdomisili di Turki. Yafik yang sedang menyelesaikan program
master di Istanbul Üniversitesi menerangkan salah satu hal yang ingin dilakukan
komunitas dengan anggota sebanyak 85 ini adalah
menjaga ukhuwah Islamiyah,ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah Insaniyah.
Salah satu kegiatan berkala PCINU
Turki menurut Yafik adalah Kajian Diskusi Online, sharing kegiatan melalui website. Adapun kegiatan insidental adalah
pengajian akbar, peringatan hari besar Islam serta ziarah makam auliya yang
berada di Turki (hari/ts).
Cakrawala RUHUM
Tahun Berdiri:
2 September 2015
Jenis Komunitas:
Komunitas Diskusi
|
[Foto Kegiatan Cakrawala RUHUM. Foto Dok. Pribadi RUHUM] |
Cakrawala RUHUM, lebih dikenal dengan nama RUHUM (Turki: jiwaku)
adalah kelompok studi warga Indonesia di Turki ini bersifat independen,
non-partisan, dan terbuka untuk semua kalangan dari berbagai latar belakang
yang tidak sama. Perhimpunan ini semacam “kopi darat” atau dalam tradisi Usmani
“kahvehane”-nya (Kıraathane) warga Indonesia.
Prinsip dasar RUHUM: mengumpulkan rekan-rekan sebangsa setanah
air dalam sebuah akhir pekan yang hangat dan akrab dengan jadwal yang
ditentukan. Kita berbincang hangat tentang berbagai masalah yang bisa diangkat
dari makalah, skripsi, tesis atau disertasi yang sedang dikerjakan atau sudah
jadi, maupun hal-hal keseharian di sekitar kita atau perkembangan terkini dari
isu lokal, nasional, regional, dan internasional; juga sangat mendukung diskusi
multidisipliner.
Dicetuskan sebagai gagasan pada 5 Februari 2013,
nomenklatur “RUHUM” terinspirasi dari Bahasa Turki yang berarti “jiwaku” juga
dari sejarah Nusantara yang menyebut orang Turki dengan Bangsa Rum/Ruhum. Motto
RUHUM merupakan perpaduan antara harapan untuk menjadi kelompok cendekiawan
dalam berbagai bidang dan semangat untuk mengembangkan budaya kosmopolis yang
tidak sektarian, visioner, dan mempunyai keluwesan dalam perubahan
sosial-politik.
“Pendirian RUHUM dilatarbelakangi oleh minimnya, jika bukan tdk
ada sama sekali, kegiatan ekstrakurikuler 'ilmiah' pelajar/mahasiswa Indonesia
di Istanbul. Hampir sebagian besar mereka tertarik pada gelombang politik
tertentu, baik yg berasosiasi ke Turki maupun Indonesia. Karena itu, RUHUM hadir
sebagai tawaran unik di tengah lingkungan seperti itu,” terang Zacky
Khairul-Umam, pendiri RUHUM dan sekaligus koordinator pada tahun pertama
berdiri.
Sejak berdirinya pada 2013 RUHUM dicanangkan dengan misi
sederhana sebagai komunitas kecil yang ingin mengembangkan kajian ilmiah dan
menjembatani, jika memungkinkan, pendidikan Turki dan Indonesia kini dan esok. Komunitas
ini berpusat di Istanbul.
“Pada diskusi perdana, yang hadir saya, Rusdi Abbas dan Syaroni
Rofii. Meski tidak ada maksud lebih besar dari pendirian ini, beberapa
organisasi menyebut politis, misalnya erat dengan NU. Padahal bukan, yang
berdiskusi lintasgerakan. Misinya kecendekiaan dan 'kosmopolis' bermaksud sebagai
wadah kebersamaan dalam upaya bersama bangun komunitas ilmiah,” pungkas Zacky, saat
dihubungi TS di sela-sela kesibukannya menyelesaikan studi doktoralnya di
Jerman (bje/ts).
Ikatan
Keluarga Pondok Modern
Tahun Berdiri: 17 Juni 2012
Jenis komunitas: Komunitas kekeluargaan antarpondok
|
[IKPM Turki. Foto Dok. Pribadi IKPM Turki] |
Salah satu komunitas masyarakat Indonesia yang ada di Turki adalah
IKPM Turki (Ikatan Keluarga Pondok Modern). Nama komunitas ini tidak asing lagi
bagi orang–orang di Indonesia karena IKPM adalah cabang dari Ikatan Keluarga
Pondok Modern (IKPM) yang beranggotakan para alumni dan santri lembaga Pondok Modern
Darussalam Gontor. IKPM berdiri sejak 17 Desember 1949, ketika Kongres Muslimin
Indonesia di Yogyakarta.
Menurut
situs resmi mereka, lembaga IKPM bertujuan untuk mempererat kekeluargaan dan
membina persatuan ummat Islam; mempertinggi budi pekerti dan kecerdasan para
anggota dalam rangka pengabdian kepada agama, bangsa, dan negara; Mengusahakan
kesejahteraan para anggota dan turut serta bertanggung jawab atas kelangsungan
Pondok Modern Darussalam Gontor dalam mencapai cita-cita menjunjung tinggi
agama Islam, sesuai dengan Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern Darussalam
Gontor pada tanggal 28 R. Awwal 1378/12 Oktober 1958.
Di
Turki, lembaga IKPM memiliki 13 orang anggota yang tersebar di berbagai kota di
Turki. Kepengurusan organisasi ini di ketuai oleh Musin Abdul Hadi, mahasiswa jurusan
teologi di Universitas 19 Mayis, Samsun. IKPM Turki didirikan oleh lima, antara
lain Deden Mauli Darajat, (Mahasiswa S2, Departemen Jurnalistik di Anakara
Univesitylo) dan Christian Kuswibowo (Mahasiswa S2, Departemen Administrasi
Bisnis di Hecetepe University).
“IKPM
itu intinya adalah ikatan keluargaan, bukan hanya yang menjadi alumni Gontor,
tapi juga mereka yang nyantri di Pondok Pesantren yang didirikan oleh alumni
Gontor juga,” ujar Hadi, ketua IKPM Turki ketika dıhubungi via WhatsApp.
Karena
anggota IKPM tersebar di banyak kota di
Turki, mereka biasanya bersepakat untuk
bertemu di kota tertentu satu sampai dua kali dalam setahun.
Perbincangan lainnya di lakukan lewat media sosial. Kota yang memiliki jumlah anggota
IKPM Turki terbanyak adalah di Istanbul yaitu sebanyak lima mahasiswa.
“Misi kami adalah menerapkan nilai-nilai pondok
yang sudah diajarkan tanpa mengurangi dan melupakannya dan visi kami adalah
untuk membangun sebuah keluarga baru antaralumni pondok guna menjalin ukhwah
dan uswah yang baik,” terang Hadi
Selain
menjalin hubungan antarpondok, IKPM Turki juga memiliki karya tulis yang
membahas masalah pendidikan dan menawarkan nasehat-nasehat akademis, beasiswa Turki,
kajian keislaman, bahkan pengalaman dan kehidupan di Turki secara umum (nanda/ts).
Ikatan
Masyarakat Aceh-Turki
Tahun
Berdiri: 15 Oktober 2011
Jenis
komunitas: Komunitas kekeluargaan
antarorang Aceh
|
[Kegiatan IKAMAT. Foto Dok. Pribadi IKAMAT] |
Ikatan Masyarakat Aceh-Turki
(IKAMAT) merupakan salah satu komunitas masyarakat Indonesia di Turki yang
berdiri pada 15 Oktober 2011 di Istanbul. Menurut ketua IKAMAT Reza, IKAMAT
mempunyai sekitar 130 anggota. Komunitas ini mempunyai visi mempererat persatuan
dan tali silaturahmi masyarakat Aceh di Turki demi tercapainya kesatuan dalam
berpikir dan berbuat untuk membangun Aceh yang lebih baik.
Salah satu misi IKAMAT adalah
mengkoordinasi anggotanya dalam berbagai kegiatan akademis dan atau kegiatan sosial
serta memberikan kontribusi berupa konsep dan pemikiran dalam percepatan
pembangunan Aceh.
“IKAMAT mempunyai kegiatan
reguler seperti diskusi, silaturahmi, pengajian serta duek pakat (rapat tahunan pemilihan ketua umum),” terang Reza
ketika dihubungi tim TS.
Ketika ditanya tentang rencana
komunitas IKAMAT ke depannya, Reza menjawab akan ada acara sosialisasi tentang
Turki di Aceh. Semoga komunitas teman-teman Aceh di Turki terus aktif dan
memberikan kontribusi untuk mengenalkan keberagaman Indonesia (hari/ts).