Setelah shalat ied, pasti ada tradisi ziarah kubur
[Acara Pemotongan Hewan Kurban. Foto http://blog.tesbihane.com/] |
Perayaan Idul Adha baru saja selesai. Setiap negara tentunya memiliki tradisi yang berangkat dari sejarah nenek moyangnya. Turki, sebagai salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, menyimpan historis ihwal Idul Adha (Kurban Bayram) yang telah dimulai sejak zaman Kekhilafan Usmani (Ottoman). Berikut ini tim redaksi Turkish Spirit telah merangkum sejarah Hari Raya Idul Adha yang dimaksud.
Idul Adha pada zaman Usmani dimulai ketika pada malam di hari pertama dan berakhir ketika matahari berada pada puncaknya di hari kedua. Salah satu cirikhas yang bisa dijumpai pada persiapan tersebut adalah Sultan memimpin langsung menyambut perayaan Idul Adha. Lengkap dengan pakaian khusus yang disediakan oleh para prajurit dan pihak istana.
Adapun jumlah hewan kurban yang akan diberikan oleh Padişah (Sultan) sebanyak 9 ekor. Dua ekor dari jumlah hewan yang disediakan akan dikurbankan di Topkapı Sarayı (Istana Topkapi) pada malam harinya yang selanjutnya akan dibagikan khusus ke Medrese (madrasah, tempat khusus untuk belajar agama di zaman Usmani). Sedangkan 7 ekor lainnya akan dikurbankan pada hari pertama perayaan Idul Adha yang diselenggarakan tepat di depan halaman Istana Topkapi yang disaksikan langsung oleh masyarakat.
Wilayah Anadolu (Anatolia) dan Rumeli adalah tempat yang dipilih untuk mengembangbiakkan ternak. Diketahui, di sekitar daerah yang bernama Dersaadet, ada ternak hewan dalam jumlah yang sangat banyak. Misalnya, pada tahun 1791, berjumlah 60 ribu ternak. Dalam beberapa periode jumlahnya mengalami perubahan, tahun 1820 berjumlah 179 ribu, tahun 1823 sebanyak 105 ribu, tahun 1825 sebanyak 75 ribu, tahun 1827 sebanyak 97.700 ekor. Adapun hewan yang diternak terebut adalah koyun (domba).
Pendistribusian Hadiah ke Masjid-Masjid
[Pendistribusian Daging Kurban. Foto http://blog.tesbihane.com/] |
Sebelum perhelatan Hari Raya Kurban biasanya ada pemberian hadiah kepada beberapa masjid. Beberapa hadiah yang dimaksud adalah bonus di luar gaji, yang secara khusus diberikan kepada para memur (setingkat pegawai negeri/pamong) yang berlokasi dan bertugas di Ayasofya (Hagia Sophia), Sultanahmet, Fatih Camii (Masjid Fatih) dan Suleymaniye Camii (Masjid Suleymaniye) sebagai dua masjid terbesar. Untuk para ulama yang berada di lokasi-lokasi tersebut, hadiah yang diberikan adalah berupa kürk (kulit hewan yang telah dikurbankan) dan juga makanan untuk berbuka puasa.
Sedangkan bagi para asker (prajurit) diberikan daging biri-biri (kuzu eti), salad (salad), makanan yang manis atau gula-gula (şeker, helva). Di sisi lainnya, bagi para penghuni penjara (mahkum) mendapatkan remisi atau pengampunan sebanyak dua pertiga (üçte ikisini) dari masa tahanannya.
Selain mendapatkan hadiah yang disebutkan di atas, para polisi (Zaptiye) juga diberikan fez (kopiah) dan disertai dengan perlengkapan lainnya. Atau sebuah keistimewaan lainnya adalah gaji mereka dibayarkan pada saat itu. Pada hari pertama Kurban Bayram, para penghuni penjara juga diberikan gula-gula sebagai pelengkap perayaan hari rayanya.
Shalat Idul Adha
[Acara Shalat Ied. Foto http://blog.tesbihane.com/] |
Pada malam hari raya Idul Adha, di jalanan terlihat beberapa pria dan juga para penjaga bermain gendang hingga pagi hari. Adapun permainan tersebut disertai dengan teriakan:
Bersamaan dengan panggilan untuk shalat Hari Raya, masyarakat menuju masjid terdekat dan juga membawa anak-anak mereka. Khusus untuk para pekerja, mereka mengenakan pakaian yang disesuaikan dengan tugas dan perannya masing-masing dan langsung di bawah perintah Sultan menuju ke lapangan.
Sebagai informasi, perayaan Idul Adha dilaksanakan di Istana Topkapi dimulai pada tahun 1867 sampai dengan pertengahan abad ke-19. Dan juga di bagian tengah Istana Dolambahçe, tepatnya di aula singgasana (Büyük Muayede Salonu).
Selama masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, dua kali perayaan Idul Adha dilaksanakan di Yıldız Sarayı. Sultan memilih sendiri masjid yang akan digunakan sebagai tempat shalat. Dalam sejarah yang tertulis, ia lebih suka memilih Hagia Sophia dan Masjid Sultanahmet sebagai lokasi shalat ied. Pagi di hari pertama, Sultan mengenakan pakaian khusus di istana, yang disebut Hırka-i Saadet. Setelah shalat ied, pasti ada tradisi ziarah kubur. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari sekularisasi dan paham keduniaan yang makin menjauhkan dari nilai spiritualitas.
Peringatan Hari Raya
Sehari sebelum digelarnya Hari Raya Idul Adha, Sultan memberikan informasi kepada masyarakat untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Himbauan ini juga sekaligus mengajak para tetangga dan kerabat yang ada di sekitar rumah untuk saling membantu.
Di samping itu, Sultan mengabarkan bahwa di istananya akan dilakukan kegiatan yang sama. Pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan tersebut adalah cara untuk membangun moral dengan berperilaku yang baik kepada orang lain. Juga mengajarkan kepada para pekerja untuk mampu melakukan hal yang sama dengan maksimal. Secara singkat, kegiatan membersihkan tersebut bermakna sangat mendalam dan menyeluruh untuk kehidupan bermasyarakat.
Bu sabahın yazına (Tandailah pagi ini)
Kalkın Hakk’ın niyazına (Orang-orang memohon dan berdoa)
Abdest alın ey komşular! (Berwudhulah wahai saudara-saudara!)
Bayram, sabah namazına (Untuk shalat subuh, ini Hari Raya)"
Bersamaan dengan panggilan untuk shalat Hari Raya, masyarakat menuju masjid terdekat dan juga membawa anak-anak mereka. Khusus untuk para pekerja, mereka mengenakan pakaian yang disesuaikan dengan tugas dan perannya masing-masing dan langsung di bawah perintah Sultan menuju ke lapangan.
Sebagai informasi, perayaan Idul Adha dilaksanakan di Istana Topkapi dimulai pada tahun 1867 sampai dengan pertengahan abad ke-19. Dan juga di bagian tengah Istana Dolambahçe, tepatnya di aula singgasana (Büyük Muayede Salonu).
Selama masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, dua kali perayaan Idul Adha dilaksanakan di Yıldız Sarayı. Sultan memilih sendiri masjid yang akan digunakan sebagai tempat shalat. Dalam sejarah yang tertulis, ia lebih suka memilih Hagia Sophia dan Masjid Sultanahmet sebagai lokasi shalat ied. Pagi di hari pertama, Sultan mengenakan pakaian khusus di istana, yang disebut Hırka-i Saadet. Setelah shalat ied, pasti ada tradisi ziarah kubur. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari sekularisasi dan paham keduniaan yang makin menjauhkan dari nilai spiritualitas.
Peringatan Hari Raya
Sehari sebelum digelarnya Hari Raya Idul Adha, Sultan memberikan informasi kepada masyarakat untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Himbauan ini juga sekaligus mengajak para tetangga dan kerabat yang ada di sekitar rumah untuk saling membantu.
Di samping itu, Sultan mengabarkan bahwa di istananya akan dilakukan kegiatan yang sama. Pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan tersebut adalah cara untuk membangun moral dengan berperilaku yang baik kepada orang lain. Juga mengajarkan kepada para pekerja untuk mampu melakukan hal yang sama dengan maksimal. Secara singkat, kegiatan membersihkan tersebut bermakna sangat mendalam dan menyeluruh untuk kehidupan bermasyarakat.
Penyembelihan Hewan Kurban
[Acara Pemotongan Hewan Kurban. Foto http://blog.tesbihane.com/] |
Pada zaman Usmani, hewan yang akan
dikurbankan biasanya telah diambil satu tahun sebelumnya. Setelah itu, hewan
tersebut dipelihara dan dirawat dengan baik, termasuk pemberian makan yang
teratur.
Pada saat sekarang, kita bisa menyaksikan cara pemotongan hewan kurban yang sangat berbeda di era Usmani. Saat itu, penyiksaan terhadap hewan kurban merupakan tindakan kriminal. Dan mereka sangat berhati-hati, misalnya memastikan tidak adanya organ-organ yang rusak dari hewan tersebut.
Secara umum, pada zaman sekarang hewan kurban yang paling disukai adalah sapi. Namun, pada zaman Usmani, domba dan kambing adalah hewan yang sangat disukai dan dipilih oleh Sultan untuk dijadikan kurban. Salah satu alasannya adalah karena pada pemeliharaan domba dan kambing cukup mudah. Alasan lainnya adalah karena harga daging sapi yang terbilang cukup mahal pada saat itu.
Pesta Bunga
[Acara Anak-Anak di Hari Raya Idul Adha. Foto http://blog.tesbihane.com/] |
Hari Raya Idul Adha pada era Usmani terasa sangat istimewa bagi anak-anak. Mereka bermain di jalanan dengan kemeriahan Pesta Bunga sambil mengenakan pakaian khusus dan menunggu untuk mengambil bungan yang telah tertulis nama mereka masing-masing.
Catatan penting lainnya perihal perayaan Idul Adha pada zaman Usmani adalah daging kurban dibagikan atau didistribusikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Adapun saat itu, pembagiannya menjadi tiga. Pertama adalah anggota keluarga, kedua kepada kerabat, dan ketiga diberikan kepada orang-orang miskin.
Daging kurban yang baru disembelih tidak diperbolehkan langsung dimasak dan dimakan. Dagingnya dibiarkan dan diisterhatkan dulu agar darahnya keluar semua.
Disamping itu, untuk menjaga kesehatan juga dilakukan pola konsumsi daging. Di antaranya adalah setiap rumah menyediakan turunç receli (jeruk pahit) untuk diberikan kepada tamu ataupun anggota keluarganya. Hal ini bertujuan agar proses pencernaan setelah mengkonsumsi daging bisa terkendali dan ternetralisir secara normal.
Diterjemahkan oleh Didit Haryadi dari beberbagai sumber
EmoticonEmoticon