[Orhan Veli, Foto Oleh Ara Guler] |
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam;
Pada mulanya, angin berhembus sepoi-sepoi
Perlahan-lahan membelai
Dedaunan, pada pohon-pohon;
Jauh, sungguh jauh di sana
Lonceng para penimba air tak henti-hentinya berdering;
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam.
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam;
Burung-burung lalu lalang dan terbang;
Bergerombolan, berkicau, dari ketinggian.
Sementara jaring-jaring jala ikan ditarik
Kaki-kaki si puteri jelita menyentuh riak air;
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam.
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam;
Pasar Kapalıçarşı yang sejuk tenteram
Pasar Mahmutpaşa yang berkicau meracau
Di halaman masjid, burung-burung merpati riang bercengkerama;
Ayunan martil menggedor bergema dari dermaga
Angin segar musim semi menebar bau peluh keringat;
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam.
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam;
Pesta pora masa lalu membuatku mabuk kepayang,
Sebuah rumah apung mewah di tepi selat meraba gelap;
Di tengah-tengah guncang deru angin selatan
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam.
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam;
Dari trotoar itu, seorang gadis cantik genit berlenggang;
Kutukan, lagu-lagu, gita rakyat, dan hinaan berdendang.
Dari gemulai tangannya jatuh ke tanah;
Kukira, itu setangkai mawar merah.
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam.
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam;
Seekor burung penggoda mengelilingi rokmu
Apakah sabit alismu manis? Atau tidak? Aku sungguh mengerti;
Apakah lembut bibirmu basah? Atau tidak? Aku sungguh mengerti;
Sebuah rembulan perak bersinar dari balik pohon fıstık
Aku merasakan denyut nadimu, semua detak jantungmu;
Duhai Istanbul, sungguh aku mendengarmu, mataku terpejam
Orhan Veli, penyair modern Turki. Namanya diperhitungkan dalam sastra Turki sebagai salah satu penyair yang menyuntikkan nafas baru bagi sastra Turki, dengan gaya dominan surealis dalam sajak-sajaknya. Bersama dua karibnya Oktay Rifat dan Melih Cevdet, Veli memanifestokan salah satu gerakan sastra fenomenal bernama "Garip" (Aneh) pada tahun 1941. Sajak-sajaknya dimuat di majalah Varlik (Eksistensi), barometer media sastra paling penting sejak Republik Turki.
Terjemahan Zacky K. Umam
Terima kasih kepada Bernando J. Sujibto
Zacky K. Umam
Penulis dan peneliti untuk wacana keislaman dan sejarah intelektual Muslim. Kini menjadi mahasiswa PhD di Freie University, Berlin. Berkhidmad di PCI-NU Jerman. Pernah belajar di Istanbul (2012-2014).
Penulis dan peneliti untuk wacana keislaman dan sejarah intelektual Muslim. Kini menjadi mahasiswa PhD di Freie University, Berlin. Berkhidmad di PCI-NU Jerman. Pernah belajar di Istanbul (2012-2014).
EmoticonEmoticon