[Pemandangan Istanbul. Foto tripadvisor.co.uk] |
Ramazan Bolluğu
[Ramazan bolluğu. Foto dha.com.tr] |
Kurang lebih dua minggu sebelum Ramadan datang, semua supermarket sudah sibuk menyediakan paket sembako. Paket tersebut dinamakan ramazan bolluğu. ramazan bolluğu terdiri dari berbagai macam sembako yang harga jualnya tergantung jumlah paket dan merk sembakonya. Yang ada dalam paket biasanya beras, spageti, bulgur, pasta tomat, minyak goreng, kacang lentil, kacang merah kering, chickpeas, gula putih, garam, beberapa bungkus sup instan serta puding.
Kantor-kantor juga biasanya membagikan ramazan bolluğu untuk karyawannya. Menyenangkan sekali rasanya ketika mendapatkan ramazan bolluğu, karena bisa menghemat uang belanja. Tapi jangan membayangkan di dalamnya ada sirop coco pandan, kerupuk udang dan kue kaleng Monde ya!
Penabuh Tambur Pembangun Sahur
[Davulcu. Foto haberiyakala.com] |
Bagaimana rasanya ketika sedang tidur nyenyak lalu mendengar keributan suara tambur? Begitulah suasana sahur di Turki, suara khas tamburnya tak bisa dipisahkan dengan Ramadan. Sang penabuh tambur ini dinamakan davulcu, seorang pria memakai rompi merah dengan aplikasi pita emas, tambur—disebut davul—disangkutkan dengan tali ke lehernya. Sebenarnya lebih sebagai nilai nostalgia, karena davulcu sudah ada sejak masa Ustmani. Dan lagi, tidak semua daerah di Turki punya tradisi seperti ini.
Davulcu memasuki gang demi gang sambil menabuh tamburnya, ditambah nyanyian dan syair. Sesekali berhenti untuk menerima uang tip dari penghuni rumah yang dilewatinya.
Sang penabuh tambur ini juga akan datang menjelang iftar di hari-hari menjelang akhir Ramadan. Asistennya akan memencet bel dari setiap lantai apartemen yang dilewatinya untuk mengumpulkan uang tip. Karena potensi yang menghasilkan uang ini, penabuh tambur tidak sembarangan bisa beroperasi, melainkan harus mengantongi izin dari pemerintah setempat, supaya jelas daerah operasinya dan tidak ada dua penabuh tambur di wilayah yang sama.
Jam Berpuasa yang Panjang
[Istanbul. Foto protohack.org] |
Di Istanbul, imsak hari pertama puasa, tanggal 6 Juni 2016 ini adalah pukul 03:26, sedangkan iftarnya pukul 20:41, jadi kurang lebih 17 jam puasanya. Maklum Ramadan bertepatan dengan musim panas yang waktu siangnya lebih panjang dari waktu malamnya. Sholat isyanya saja pukul 22:30, dan selesai tarawih sudah mendekati pukul 12 malam. Jadi waktu yang tersisa untuk tidur mungkin hanya sekitar 2 jam saja. Oleh karenanya banyak orang yang memilih tidurnya setelah sholat subuh.
Ziarah ke Makam Oruç Baba
[Makam Oruç Baba. Foto sozcu.com.tr] |
Meskipun tidak semua orang melakukannya, sebagian masyarakat Muslim Istanbul ada yang memiliki kebiasaan berbuka puasa hari pertama di makam Oruç Baba. Makam Oruç Baba ini terletak di distrik Fatih. Bisa dipastikan saat iftar hari pertama, makam Oruç Baba akan dipadati peziarah yang berniat berbuka sambil berdoa di sana.
Siapakah Oruç Baba ini? Ada berbagai versi cerita tentang siapa Oruç Baba. Satu versi mengatakan bahwa Oruç Baba adalah seorang Darwis (pengikut sufi) yang sangat fakir, sehingga sahur dan iftarnya hanya dengan sepotong roti basi dengan lauk cuka. Versi lainnya mengatakan bahwa Oruç Baba adalah seorang serdadu dari pasukan Sultan Mehmet Al-Fatih sang Penakhluk Konstantinopel, yang pada tahun 1453 bertugas membagikan air dan makanan kepada segenap prajurit yang berperang.
Dengan mengharapkan keberkahan, peziarah saling membagikan roti, sirke (cuka apel), zaitun dan gula-gula. Hal yang sama juga dilakukan di hari terakhir puasa.
Ramazan Pidesi dan Gullaç
[Gullaç. Foto manisaturk.com] |
Toko roti, di Turki disebut fırın, buka 24 jam selama bulan puasa. Menjelang Sahur dan iftar, tersedia roti-roti panas dan roti khas bulan puasa yang dinamakan Ramazan Pidesi. Ramazan Pidesi ini bentuknya adalah roti bulat pipih dengan taburan biji wijen. Sangat lezat dinikmati panas-panas dengan sup krim lentil. Jangan heran setiap menjelang iftar, antrian di toko roti bisa menyerupai antrian tiket mudik di Gambir!
[Ramazan Pidesi 2016. Roti yang Hanya Diproduksi di Bulan Ramasan. Foto +Turkish Spirit] |
‘Gullaç’ adalah sajian manis khas bulan puasa, terbuat dari lapisan-lapisan phyllo pastry yang disiram sirop dari gula, susu dan air mawar, dihiasi buah-buahan segar terutama biji delima. Jika mendapat undangan iftar dari keluarga-keluarga di Istanbul, biasanya Gullaç adalah kemestian, tentunya ada pula yang menyajikan baklava, irmik tatlısı, künefe dan lain-lainnya. Soal manisan ini nanti akan kita bahasa tersendiri, khusus untuk pembaca TS yang budiman.
Keriuhan dan Iftar Gratis di Sultanahmet
[Sultanahmet Iftar 2014. Foto yeniakit.com.tr] |
Sultanahmet sangat istimewa di hati penduduk Istanbul, baik orang Turki asli maupun pendatang. Di situ biasanya warga merayakan hari-hari istimewa dalam kebersamaan. Pemerintah Kota Istanbul menyelenggarakan buka bersama untuk warga dengan sajian iftar gratis, selama 30 hari penuh. Khusus di hari pertama puasa, waktu berbuka ditandai dengan letusan meriam! Betul-betul meriah, merakyat dan menyenangkan.
Di Sultanahmet ini dari jauh-jauh hari biasanya sudah dipersiapkan bazaar Ramadan yang digelar selama 30 hari penuh, dengan stan beragam makanan, manisan, hasil karya seni dari berbagai daerah di Turki, serta berbagai miniatur wayang Turki, Hacıvat dan Karagöz.
Tak hanya di Sultanahmet, setiap pemerintah daerah di Istanbul juga menyelenggarakan buka bersama untuk warganya dengan sajian iftar gratis dari mulai kurma hingga makanan utama dan pencuci mulutnya. Tentunya sudah sepaket pula dengan Festival Ramadan yang sudah menjadi agenda tetap di wilayah Pemda masing-masing di kota Istanbul, yang terdiri dari 39 distrik. Biasanya berpusat di alun-alun Pemda setempat. Rata-rata sama juga stan-stan nya dengan bazaar yang ada di Sultanahmet, terdiri dari bazaar yang menjual berbagai kerajinan daerah, manisan, buah-buahan kering, tenda kedai kopi, booth foto dengan pakaian Sultan dan para putri keraton.
Masjid Eyüp, Festival Ramadan, Wayang Karagöz dan Hacıvat
[Karagöz dan Hacıvat] |
Masjid Eyüp adalah masjid yang dibangun oleh Fatih Sultan Mehmet, untuk mengenang sahabat Nabi Abu Ayyub Al-Anshari yang dikebumikan di situ. Boleh dikata ini adalah masjid yang paling disucikan di Istanbul. Konon semua Sultan Usmani dinobatkan di Masjid Eyüp ini. Oleh karenanya tak heran selama Ramadan, Masjid Eyüp adalah salah satu masjid yang paling hidup suasananya.
Restoran-restoran semakin hidup dari mulai iftar hingga sahur. Sholat tarawih dipadati jemaah hingga ke halamannya yang luas. Terlambat sedikit saja artinya tidak akan mendapat tempat untuk menggelar sajadah.
Lepas tarawih banyak warga yang tidak pulang, dan menunggu waktu sahur sambil menonton acara-acara di Panggung Ramadan. Biasanya ada drama-drama dengan scene perjuangan perebutan Konstantinopel, lagu-lagu İslami, dan pentas Wayang Karagöz dan Hacıvat yang biasanya sangat diminati anak-anak.
Karagöz dan Hacıvat konon adalah manusia nyata yang dulu pernah hidup di daerah Kota Bursa. Kini ada museum Karagöz dan Hacıvat di Bursa. Dialog kedua tokoh tersebut penuh canda namun berisi hikmah-hikmah sederhana tentang keseharian hidup yang mudah diaplikasikan. Kelucuannya muncul dari berbagai salah pengertian di antara kedua tokoh, di mana Hacıvat digambarkan kurang dengar.
Sumber gambar: sabah.com.tr
Demikian sharing suasana bulan puasa di Istanbul, selamat menjalankan ibadah puasa untuk seluruh pembaca TS.
Lia Yulianti
Akrab disapa “Lia” atau “Teteh/Eteh/Teh Lia” oleh keluarga dan para sahabatnya, menghabiskan kanak dan remajanya di lingkungan perkebunan teh PTP XII Montaya-Rongga. Berlawanan dengan cita-citanya yang ingin menjadi seorang diplomat, Lia alih-alih meneruskan sekolah ke STMN Pembangunan Bandung (sekarang SMKN1 Cimahi-Bandung), jurusan Elektronika Komunikasi. Hal ini didasari keinginannya untuk segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah. Lulus dari STMN Pembangunan Bandung pada tahun 1999, dan segera mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai teknisi di PT. Samsung Electronics Indonesia di Jakarta. Lalu meneruskan pendidikannya di Universitas Budi Luhur Jakarta, jurusan Teknik Informatika. Pekerjaannya tetap dijalani dengan penuh dedikasi, hingga mencapai beragam jenjang, dari mulai Kepala Teknisi, Technical Support dan terakhir Field Test Engineer. Memutuskan keluar dari pekerjaan karena menikah dengan seorang warga Turki pada tahun 2009, dan tinggal di Istanbul sejak saat itu. Ibu dari Süleyman Er (4,5 tahun) dan Ümmü Sümeyye Er (6 bulan) ini sejak 3,5 tahun terakhir menekuni pekerjaan paruh waktu sebagai penerjemah untuk pariwisata. Ketertarikannya akan sejarah dunia membuatnya tidak kesulitan untuk mencintai sejarah Istanbul dan Turki pada umumnya, serta menceritakannya kembali kepada para pengunjung yang datang ke Istanbul dengan antusiasme yang tidak pernah pudar. Hobi ini pula yang membuatnya menulis buku berjudul “Best of Turki” (Elex Media Komputindo, 2014) bersama sabahabatnya, Dian Akbas. Salah satu tulisannya terangkum dalam buku “Kumpulan Cerpen Bilik Sastra Jilid 3” (RRI World Service-Voice of Indonesia, 2014). Korespondensi bisa melalui email: lia_oke2001@hotmail.com.
Akrab disapa “Lia” atau “Teteh/Eteh/Teh Lia” oleh keluarga dan para sahabatnya, menghabiskan kanak dan remajanya di lingkungan perkebunan teh PTP XII Montaya-Rongga. Berlawanan dengan cita-citanya yang ingin menjadi seorang diplomat, Lia alih-alih meneruskan sekolah ke STMN Pembangunan Bandung (sekarang SMKN1 Cimahi-Bandung), jurusan Elektronika Komunikasi. Hal ini didasari keinginannya untuk segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah. Lulus dari STMN Pembangunan Bandung pada tahun 1999, dan segera mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai teknisi di PT. Samsung Electronics Indonesia di Jakarta. Lalu meneruskan pendidikannya di Universitas Budi Luhur Jakarta, jurusan Teknik Informatika. Pekerjaannya tetap dijalani dengan penuh dedikasi, hingga mencapai beragam jenjang, dari mulai Kepala Teknisi, Technical Support dan terakhir Field Test Engineer. Memutuskan keluar dari pekerjaan karena menikah dengan seorang warga Turki pada tahun 2009, dan tinggal di Istanbul sejak saat itu. Ibu dari Süleyman Er (4,5 tahun) dan Ümmü Sümeyye Er (6 bulan) ini sejak 3,5 tahun terakhir menekuni pekerjaan paruh waktu sebagai penerjemah untuk pariwisata. Ketertarikannya akan sejarah dunia membuatnya tidak kesulitan untuk mencintai sejarah Istanbul dan Turki pada umumnya, serta menceritakannya kembali kepada para pengunjung yang datang ke Istanbul dengan antusiasme yang tidak pernah pudar. Hobi ini pula yang membuatnya menulis buku berjudul “Best of Turki” (Elex Media Komputindo, 2014) bersama sabahabatnya, Dian Akbas. Salah satu tulisannya terangkum dalam buku “Kumpulan Cerpen Bilik Sastra Jilid 3” (RRI World Service-Voice of Indonesia, 2014). Korespondensi bisa melalui email: lia_oke2001@hotmail.com.
EmoticonEmoticon