Di Turki, Jejak Ruang dan Waktu Menyatu

14.55.00 Add Comment
[Selat Busphorus, Istanbul. Foto +Turkish Spirit]
Untuk kesekian lagi saya kembali menjejakkan kaki di Istanbul, Turki. Kota yang berada di dua benua, menempati belahan Eropa dan juga Asia. Sinar matahari musim semi makin lengkap dengan bunga yang mulai bermekaran.

Beberapa tahun terakhir pemerintah Turki di semua tingkatan kota yang disebut ‘belediyesi’ menanam jutaan bibit tulip untuk menegaskan bahwa tulip sesungguhnya milikTurki. Sebagaimana juga tercatat di dinding perpustakaan Universitas Leiden. Bunga tulip awalnya sebagai hadiah dari kaisar di Turki yang diberikan pada kerajaan Belanda waktu itu.

Dari bandara Attaturk ke lapangan Taksim, sepanjang jalan dipenuhi dengan bunga tulip dengan sajian aneka warna. Saat memasuki wilayah Sultan Ahmet, pajangan dari warisan masa lalu itu tetap kokoh. Tidak hanya ornamen-ornamen bekas kekaisaran Ottoman (Usmaniyah), ada banyak peninggalan Yunani dan Byzantium masih dapat disaksikan.

Hubungan baik yang tercipta antara Turki dengan Mesir dan Jerman, tampak masih tetap berdiri tegak. Sebuah pelajaran bahwa persahabatan selalu saja dapat dibangun dalam perbedaan, termasuk dalam perbedaan agama sekalipun.

Ketika kekaisaran Ottoman berkuasa di tanah Turki yang kekuasaannya hingga Eropa, apa yang didapatkan dari Byzantium di masa Al-Fatih ketika menaklukkan Istanbul yang kala itu disebut Kostantinopel, tetap dipertahankan. Salah satu yang menjadi penanda sejarah adalah adanya Aya Sophia dalam ejaan Inggris disebut Hagia Sophia.

Saat ini tempat tersebut dijadikan sebagai museum yang berada di kawasan berdampingan dengan Masjid Biru dan Istana Topkapi. Walaupun berasal dari basilica gereja, tidak menjadi alasan untuk dihancurkan. Justru sebelumnya pernah difungsikan sebagai masjid sebelum kemudian menjadi museum seperti saat ini.

Termasuk pepohonan yang sudah berusia ratusan tahun. Tentara Turki Utsmani bahkan tidak secara serampangan menebang pohon, apalagi sampai membunuh ketika penaklukan dilakukan.

Istana Topkapi menjadi pusat pemerintahan sekaligus kediaman para sultan. Selama 600 tahun sebelum pindah ke Istana Dolmabahce. Posisi strategis yang berada di bibir selat Bosphorus menjadi sebuah anugerah tersendiri. Dengan pemandangan lepas ke selat menjadi daya dukung sehingga kesultanan Turki Ustmani menjangkau wilayah Eropa.

Kaligrafi dan hiasan lukisan menyisakan keindahan dinding dan di langit-langit Istana Topkapi. Ini menggambarkan betapa di masa lalu, keterampilan melukis dan mengoreskan kuas untuk menulis kaligrafi telah dikuasai. Persentuhan dengan budaya Persia semakin menambah keindahan kaligrafi tersebut.

Berada di Turki, saya senantiasa diselimuti daya magis. Hingga mengingatkan saya pada sejarah masa lalu. Sebagaimana Rasul bersabda dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad bahwa kejatuhan Konstantinopel akan dilakukan oleh panglima terbaik dengan pasukan terbaik. Sabda Rasul itulah yang merupakan sebuah harapan pada akhirnya terwujud melalui Sultan Muhammad II. Makam sahabat Abu Ayyub Al-Anshari berada di kota ini juga. Sahabat yang rumahnya menjadi persinggahan Rasul ketika hijrah dari Mekkah ke Medinah.

Turki yang pernah menjadi rumah bagi tiga kekuasaan besar: Yunani, Bizantium dan Islam tetap mempertahankan artefak dan situs yang ada. Termasuk, sebaran makam sahabat dan para sultan. Ada satu makam khusus bersama dengan masjidnya, yang dinamakan Masjid Al-Fatih. Sebuah gelar bagi Sultan Muhammad II.

Dengan keberadaan situs-situs tersebut, tidak ditujukan untuk melanggengkan kemusyrikan ataupun kejahilan di tengah mayoritas kehidupan Muslim di sana. Justru menjadi penyemangat jangan sampai apa yang dihasilkan di masa sekarang, tidaklah lebih baik dari apa yang sudah ada di masa lalu.

Catatan sejarah perjumpaan Turki dengan Jepang di Era Meiji, juga masih tersimpan sampai sekarang. Dokumen yang ditulis Fukushima Yasumasa ketika berkunjung ke Turki, masih tetap terpelihara dengan rapi. Ini menjadi bukti bahwa Turki telah melakukan diplomasi dengan bangsa-bangsa Asia sejak dulu. Sehingga apa yang dilakukan sekarang ini, termasuk menjadi tuan rumah konferensi negara-negara Islam yang dihelat pada14-16 April 2016, tak lebih dari kelanjutan yang sudah dilakukan sejak dulu. Hingga apa yang dicapai hari ini adalah kesinambungan pemikiran dan juga aksi untuk berkontribusi bagi perdamaian dunia.
Sumber tulisan dari http://koridor.xyz/


Ismail Suardi Wekke
Dosen pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong. Peneliti di Pusat Studi Pendidikan Asia Tenggara, Universitas Kanjuruhan Malang dan Fungsionaris Masika ICMI Papua Barat. Mengisi seminar internasional di sejumlah negara.

Lagu-Lagu Arabesk Favorit di Turki

15.10.00 1 Comment

Beberapa kali ketika Müslüm Gürses konser, penontonya biasa melukai tubuhnya dengan silet

[Müslüm Gürses. Foto www,presshaber.com]
Arabesk adalah salah satu jenis musik Turki yang hingga hari ini masih eksis dinyanyikan dan diadaptasi dengan berbagai bentuk dan aliran musik. Dinamai Arabesk karena jenis musik ini beraroma orental dan akarnya berasal dari Timur Tengah, paling banyak menyebar di Mesir, Maroko dan Lebanon. 

Sastrawan Turki dari era awal republik kelahiran Mesir Yakup K. Karaosmanoğlu mengatakan bahwa Arabesk bukan hanya di ranah musik, tetapi juga berkembang dalam sastra, seperti sastra genre divan. "Kelimelerden birtakım arabeskler yapıyor. Bizim bütün divan edebiyatımız işte hep bu arabeskler, bu minyatürlerdir." Di samping itu, Arabesk juga menjadi nama untuk motif seni dekorasi khas Arab.

Menurut catatan sejarah, musik ini mulai populer di Turki sejak dekade 40-an. Belum ada yang memastikan mengapa bernama Arabesk, selain karena unsur-unsur melodinya berasal dari seni musik Arab.

Jenis musik Arabesk kemudian bercampur dan sedikit banyak beradaptasi dengan musik lokal Turki sendiri yang dikenal dengan Musik Seni Turki (Türk Sanat Müziği), sehingga Arabesk berasa sebagai salah satu musik rakyat Turki, selain Türkü tentunya.

Ciri utama Arabesk dari segi lirik berisi pesan putus cinta, melankolia, keputusasaan, pesimisme, takdir, luka-lara dan kegagalan. Dalam aspek instrumental, Arabesk didominasi oleh rintihan melodi seperti klarnet (alat musik yang dipakai oleh bangsa Mesir kuno dan Yunani kuno), biola dan sentuhan gendang kecil.

Arabesk tidak bisa ditemui di sembarang tempat. Ia hanya kerap diputar di meyhane (bar dan diskotik tradisional), birahane (warung bir) dan kafe remang-remang di seantero Turki. Dalam sejarahnya, Arabesk terkenal dengan fansnya yang fanatik. Beberapa kali ketika Müslüm Gürses konser, penontonya biasa melukai tubuhnya dengan silet. Aksi tersebut dikenal dengan kanlı konser oleh masyarakat lokal. Secara praktis, musik jenis ini diputar oleh mereka yang tengan didera stres karena putus dengan kekesih, galau tingkat dewa dan jenis-jenis perasaan melankoli lainnya.

Dalam perkembangannya, musik Arabesk terus diaransemen dengan berbagai selera dan sentuhan modern seperti aliran musik rock, pop dan sebagainya. Berikut ini redaksi TS hadirkan 12 lagu dan penyanyi Arabesk terbaik dari berbagai generasi.

1. Orhan Gencebay ~ Dertler Benim Olsun

2. Ferdi Tayfur ~ Huzurum Kalmadı

3. Ibrahim Tatlıses ~ Yalnızım Dostlarım

4. Müslüm Gürses ~ Kahretmişim Hayatıma

5. Bülent Ersoy ~ Geceler

6. Bergen ~ Bitirdin Beni

7. Ümit Besen ~ Nikah Masası

8. Muazzez Ersoy ~ Unutamam Seni

9. Ebru Gündeş ~ Araftayim
(https://www.youtube.com/watch?v=OchBEUPFrzI)

10. Emrah ~ Unutabilsem

11. Zara ~ Değmen Benim Gamlı Yaslı Gönlüme

12. Ebru Yaşar ~ Gel Neredeysen

Bagi Anda yang menyukai musik-musik orental, gaya Timur Tengah dan segala jenis musik padang pasir, Arabesk bisa menjadi referensi. Tentu dengan sentuhan-sentuhan khas lokal Turki sendiri. Selamat menikmati aroma Arab... <ts.bjeben>

Tulisan ini diadaptasi dari berbagai sumber

Turki dan 'Amunisi-amunisi' dari Jerman

00.22.00 Add Comment

Salah satu hal yang membuat Turki layak diperhitungkan adalah keberadaan pemain-pemain didikan Jerman

[Foto Hakan Çalhanoğlu, Pemain Turki Kelahiran Jerman, dari Akun Twitter @hakanc10]

Ankara - Turki menjadi salah satu tim yang diperkirakan bisa menjadi 'kuda hitam' di Piala Eropa 2016. Tak lain karena mereka punya 'amunisi-amunisi' polesan Jerman.

Keberhasilan Turki lolos ke Prancis sendiri sudah menyisakan sebuah perjalanan menarik. Tak meyakinkan di awal dengan hanya memetik satu poin dari tiga laga pertama, mereka lantas melaju meyakinkan di tujuh pertandingan tersisa.


Lima di antaranya dimenangi dan dua lainnya berimbang. Itu termasuk menaklukkan Belanda, Republik Ceko, dan Islandia, tiga tim yang jadi rival perburuan tiket putaran final. Pada akhirnya seperti diketahui Belanda yang terdepan dan absen.


Salah satu hal yang membuat Turki layak diperhitungkan adalah keberadaan pemain-pemain didikan Jerman. Meski punya kompetisi yang diperkuat nama-nama seperti wesley Sneijder, Lukas Podolski, Nani, Robin van Persie, Ricardo Quaresma, dan Mario Gomez, Turki malah kesulitan mencetak pemain berkualitas dari dalam negeri.


Suntikan kualitas itu pada akhirnya didapatkan dari para keturunan imigran Turki di Jerman. Seperti diketahui, Jerman punya banyak pemain bintang keturunan Turki seperti Mesut Oezil, Emre Can, dan Ilkay Guendogan di tim nasional mereka. Sementara sebagian memilih memperkuat negara tempat tinggal mereka, ada sebagian lainnya yang pulang untuk membela negara asal leluhurnya.


Ada nama-nama seperti Hakan Calhanoglu dan Nuri Sahin serta sejumlah talenta muda, antara lain Yunus Malli, Gokhan Tore, atau Cenk Tosun. Seluruhnya lahir dan ditempat di Jerman.


Beberapa pemain lain yang dibentuk oleh sistem akademi negara lain adalah Oguzhan Ozyakup atau Emre Mor. Ozyakup yang lahir di Belanda menjalani didikan akademi AZ Alkmaar sebelum sempat direkrut Arsenal. Sedang Mor ditempa di Denmark, tanah kelahirannya dan kini memperkuat Nordsjaelland.


Kombinasi pemain-pemain polesan Jerman ini dengan nama-nama senior seperti Arda Turan, Burak Yilmaz, dan Selcuk Inan diyakini punya potensi bagus di Piala Eropa 2016 nanti.


Soal pemain-pemain polesan negara lain ini, Presiden Besiktas Fikret Orman sejak 2014 lalu sudah mengungkapkan pandangannya. Menurutnya sampai Turki bisa mendidik pemain dengan baik, maka ketergantungan terhadap keturunan imigran Turki akan terus tinggi.


"Yang terpenting adalah para pemain, dan mendidik mereka. Turki punya 75 juta penduduk, tapi sebagian besar pemain Turki kami datang dari Eropa," kata Orman dikutip Independent.


"Mereka punya keluarga Turki, tapi 75% pemain Turki dalam tim kami datang dari Jerman, Belanda, atau Belgia. Secara genetik sama, tapi dari 75 juta orang kami tidak bisa menciptakan pemain kami sendiri, tapi Eropa bisa," tandasnya. (raw/krs) 



Sumber tulisan dari http://sport.detik.com/

Seandainya Pemerkosa Yuyun Hidup di Turki

03.32.00 Add Comment

Dalam persidangan yang berlangsung tanggal 20 April, jaksa menuntut MB dengan hukuman 508 tahun 3 bulan kurungan.

[Sumber Foto +GazeteVatan]
Akhir bulan April kemarin publik Indonesia dibuat marah atas kasus kekerasan seksual yang dialami seorang anak perempuan bernama Yuyun (14). Yuyun merupakan seorang pelajar SMP di Kecamatan Padang Ulak Tanding , Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Ia meninggal di tangan 14 pemuda yang memperkosanya. Dalam proses hukum, tujuh terdakwa kasus tersebut kemudian dijatuhi hukuman 10 tahun penjara serta hukuman tambahan atau subsider pembinaan sosial selama 6 bulan.

Setelah kasus di atas, secara masif negeri kita diguncang prahara yang sama secara susul-menyusul di seantero negeri, hingga dalam minggu-minggu terakhir ini. Kasus pemerkosaan terhadap anak dan kekerasan seksual lainnya telah menjadi ancaman serius bagi masa depan Indonesia. Untuk itu, semua pihak harus benar-benar proaktif melawan kejahatan yang akan merenggut masa depan generasi bangsanya sendiri.

Di Turki, meski tidak masif, beberapa kasus pemerkosaan juga terjadi, termasuk pemerkosaan yang menimpa anak di bawah umur. Misalnya kasus pemerkosaaan yang menimpa anak di bawah umur yang terjadi di Provinsi Karaman dua bulan kemarin. Muharrem Büyüktürk seorang guru di sebuah SD di kota tersebut harus berurusan dengan pihak kepolisian setelah melakukan tindak pelecehan seksual kepada 10 anak yang tinggal di salah satu asrama sebuah yayasan. Tersangka Büyüktürk  ditangkap pada tanggal 5 Maret.

Karena dianggap sebagai kejahatan serius dan amoral dalam persepsi masyarakat Turki, pada 23 Maret kasus tersebut masuk dan dibahas dalam agenda sidang parlemen. Partai MHP mengusulkan diadakannya suatu komisi yang berfungsi untuk melindungi anak-anak dari kasus kekerasan seksual, menyelidiki kasus yang terjadi serta memberi solusi untuk masalah ini. Partai CHP dan HDP sependapat dengan usulan partai dari kelompok nasionalis tersebut. Namun, usulan pembentukan komisi ini sempat tertunda akibat adanya penolakan dari partai AKP. Masyarakat Turki melalui media sosial pun mengutuk sikap dan cara AKP dalam kasus tersebut. Akhirnya, di hari berikutnya 24 Maret, atas kesepakatan 4 partai di parlemen Turki, komisi tersebut terbentuk.

Pada kesempatan yang sama, mantan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoğlu juga mengomentari kasus yang menjadi viral tersebut. Ia meminta pelaku pelecehan seksual dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya dan negara akan terus mengikuti proses persidangan sampai tuntas.

Hebatnya sebagai jawaban atas keseriusan pihak hukum dalam menangani kasus tersebut, pengadilan benar-benar memrosesnya secara maksimal. Dalam persidangan yang berlangsuntg tanggal 20 April, jaksa menuntut Büyüktürk dengan hukuman 508 tahun 3 bulan kurungan.

Hukuman berat dan keseriusan proses hukum yang terjadi di Turki atas kasus serupa harus menjadi contoh dan pelajaran penting bagi kita di Indonesia. Karena sejauh ini, kasus-kasus serupa nyaris tidak dijatuhi hukum berat sehingga tidak menimbulkan efek jera. Tetapi untungnya, kasus pemerkosaan yang menimpa YY tersebut akhirnya memunculkan berbagai pendapat tentang hukuman yang pantas diberikan kepada pelaku. Publik Indonesia banyak yang menghendaki hukuman kebiri untuk pelaku kekerasan seksual.

Berdasarkan berita yang dirilis di www.kpai.go.id, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai kebiri hanya hukuman tambahan bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Sebab, hukuman yang paling utama yakni, kurungan di atas 20 tahun, penjara seumur hidup dan hukuman mati. “Kebiri adalah hukuman pemberatan. Tapi hukuman utama adalah hukuman 20 tahun, seumur hidup dan hukuman mati. Itu yang kita dorong,” kata Ketua Divisi Sosialisasi KPAI Erlinda.

Contoh lain dari Turki yang bisa kita pelajari adalah perlakuan khusus kepada perempuan demi menghindari kasus-kasus kekerasan seksual dan sebagainya yang banyak menimpa kaum hawa. Misalnya, untuk meminimalisir kasus pelecehan seksual yang menimpa perempuan, antara pukul 22.00-24.00 pemerintah kota Eskişkehir mulai mengoperasikan bus kota yang bersedia menurunkan para penumpang perempuan di manapun mereka minta. Jadi mereka tak harus turun di halte yang mungkin saja bisa jauh dari keramaian.

Upaya di atas adalah sebentuk ihtiar yang dilakukan oleh pemerintah untuk memproteksi perempuan dari terjadinya kekerasan seksual.  Semoga proses hukum terhadap kasus-kasus pemerkosaan di Indonesia benar-benar ditangani secara serius dan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya.

Seandainya pemerkosa Yuyun hidup di Turki....

Hari Pebriantok Salah satu pendiri Turkish Spirit. Mahasiswa asal Sragen sedang studi Jurnalistik di Selcuk University, Konya Turki dan pecinta fotografi dan film, juga aktif menulis untuk blog pribadi.

Refleksi Objek di Taman Gençlik Parkı, Ankara

04.16.00 Add Comment
 
[Foto : Hari Pebriantok]
Gençlik Parkı merupakan taman kota yang terletak di distrik Ulus, Ankara. Setiap musim panas, pemerintah Ankara menyelenggarakan festival air mancur di taman ini. Saat festival, warga Ankara berduyun duyun memenuhi kursi yang disiapkan disekitar kolam menikmati keindahan yang ditawarkan. Kolam renang, air mancur, musik dan lampu warna warni menciptakan paduan harmoni.


Hari Pebriantok
Salah satu pendiri Turkish Spirit. Mahasiswa asal Sragen sedang studi Jurnalistik di Selcuk University, Konya Turki dan pecinta fotografi.

Misteri di Balik Pengunduran Diri Davutoğlu

02.51.00 Add Comment

"Saya tidak pernah minta dan negosiasi jabatan!”

—Ahmet Davutoglu

[P.M. Turki Ahmet Davutoğlu dalam Pidato Pengunduran Diri, 5 Mei 2016]
Isu pengunduran Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoğlu sebenarnya sudah menyeruak pada tanggal 4 Mei kemarin. Semua media lokal dan para pengamat politik sudah menerka bahwa Davutoglu akan segera mengakhiri jabatannya sebagai P.M Turki. Namun, apa yang membuat dirinya harus mundur, tak seorang pun bisa menjawabnya hingga keesokan harinya.

Keputusan pengunduran diri Davutoğlu terjadi setelah sehari sebelumnya dipanggil menghadap Presiden Recep Tayyip Erdoğan. Meski tak ada rilis resmi tentang topik yang dibicarakan, tengarai banyak pihak bahwa pertemuan tersebut adalah puncak dari selisih dan tensi di antara dua pembesar partai APK tersebut terbukti. Yaitu, dengan kesediaan Davutoglu mundur.

Pada malam sebelumnya Davutoğlu sendiri berjanji akan mengadakan jumpa pers hari ini (5/5/2016) pukul 11.00 siang waktu setempat. Meski lambat satu jam, jumpa pers akhirnya dilakukan oleh Davutoğlu di gedung pusat AKP di Ankara. Apa yang ditunggu-tunggu oleh semua rakyat Turki pun terjawab dari pernyataan Davutoğlu sendiri secara langsung.

Dalam jumpa pers dan sekaligus ucapan perpisahan sebagai P.M., Davutoğlu tak lupa memuji dan menghormati Erdogan sebagai pemimpin utama partai dan presiden. Sikap santun, cerdas dan wibawa yang ditunjukkan Davutoğlu adalah sinyal kuat bahwa dirinya adalah tokoh yang tak bodoh di hadapan politik.

Siapa pun yang menonton akan menemukan satu pesan tunggal bahwa pengunduran dirinya bukan pilihannya sendiri. Dia menegaskan juga bahwa dirinya tidak akan mencalonkan lagi sebagai ketua partai dalam Kongres Luar Biasa yang akan diadakan nanti pada 22 Mei. Davutoğlu sendiri mengakui bahwa pengunduran dirinya “sebagai keharusan”, meski jabatannya sebagai P.M belum genap 4 tahun.

Gaya dan visi Davutoğlu sebagai intelektual yang masuk dalam gelanggang politik dipungkasi dengan ekspresi kuat yang penuh wibawa. Dia tidak menyerang satu orang pun di balik pengunduran dirinya, bahkan terang-terangkan mengatakan bahwa dirinya akan mendukung AKP. Rakyat Turki diminta tidak perlu risau karena langkah yang dipilihnya untuk kemajuan Turki ke depan.

Tiga poin

Ada tiga poin menarik yang banyak ditengarai oleh berbagai pihak di balik pengunduran Davutoğlu. Pertama, Davutoğlu dinilai tidak mampu mengatasi konflik masif yang menyebar di seantero Turki dalam dua tahun terakhir, ditambah juga karena kondisi ekonomi Turki yang pelan-pelan semakin melemah. Keberadaan Davutoğlu di tampuk kekuasaan dinilai tidak efektif dan tak kunjung menyelesaikan tantangan krusial yang bersifat nasional tersebut. Aspek pertama ini banyak dieskpos oleh media-media pro-pemerintahan.

Uniknya, poin di atas dinyatakan sendiri dalam jumpa persnya. Davutoğlu mengakui bahwa masa kepemimpinanya di partai dan kemudian menjadi P.M berada di periode “musim semi.” Baik secara ekonomi dan lebih-lebih keamanan internal Turki. Dia secara terbuka menyampaikan bahwa periode dirinya menjadi penguasa dihadapkan dengan tantangan serius seperti teror, pemberontakan suku Kurdi dan masalah Suriah. Persoalan ekonomi yang tak kunjung membaik pun disebutkan sebagai tugas penting yang harus diselesaikan.

Kedua, sistem presidensial yang diinginkan Erdoğan. Sudah rahasia umum bahwa Erdoğan menginginkan tampuk kekuasaan berada pada ekskutif di bawah kendali dirinya. Sistem parlementer yang berlaku di Turki tak cukup bagi Erdoğan untuk mengendalikan kekuasaan secara langsung. Untuk itu, sejak dua tahun kemarin isu sistem presidensial sudah dikaji dan digoreng sedemikian rupa dan masif dalam politik internal Turki.
[Versi Cetat Tulisan Ini Dimuat di Jawa Pos, 7 Mei 2016]
Pengunduran Davutoğlu dianggap sebagai “korban” untuk memuluskan rencana-rencana sistem presidensial yang diinginkan Erdoğan. Sejauh ini, posisi Davutoğlu di kancah politik elit partai dan Turki secara umum semakin kuat, terlebih karena pengalaman sebagai Menteri Luar Negeri yang dijabat sebelumnya. Kecenderungan ada “dua matahari” dalam satu tubuh partai pun bisa dimaklumi apalagi sistem parlementer yang secara hukum menyediakan ruang kepada Davutoğlu untuk menjadi role player dalam politik Turki.

Akhirnya, meskipun tidak mempunyai salah apapun dan tak pernah terlontar kata atau tindakan yang melawan Erdogan, Davutoğlu ternyata harus merelakan jabatannya untuk proyek pengekalan kekuasaan Erdoğan sendiri ke depan. Aspek kedua ini ramai di antara para pengamat yang melihat adanya “proses pemulusan” terhadap sistem presidensial agar Erdoğan kembali memegang kekuasaan tunggal di Turki.

Ketiga adalah pengekalan kekuasaan. Kekuasaan absolut yang tengah diincar Erdoğan tidak bisa tidak sudah terbaca dalam satu tahun terakhir. Tawaran sistem presidensial dan manuvernya dalam setiap isu-isu penting di internal Turki bisa menjadi indikator di balik keinginan absolute power yang sedang dirancang oleh Sang Presiden.

Betul bahwa faktor leadership Erdoğan memang tidak bisa dihapus dari memori rakyat Turki. Kegemilangan membawa Turki kembali bangkit dan maju dalam aspek ekonomi dan kesejahteraan sosial memang sudah menjadi bukti nyata yang sekaligus tersimpan rapi dalam ingatan rakyat Turki secara umum. Tapi, nafsu pengekalan kekuasaan yang oleh kelompok oposisi dinilai sebagai ancaman bagi demokrasi Turki yang baru tumbuh dan sekaligus kekhawatiran akan lahirnya rezim diktator juga tidak bisa dikesampingkan.

Tiga tahun selama saya di Turki, berita pembungkaman terhadap media-media oposisi, pemenjaraan para wartawan, penangkapan para pengritiknya dan bahkan pun terjadi kepada Anak Baru Gede (ABG) sekalipun dan terakhir pemberangusan kebebasan ekspresi kepada para akademisi adalah sederet bukti ihwal kecemasan-kecemasan di balik lahirnya rezim diktator tersebut. Pendekatan pemerintah dengan pembungkaman lawan-lawan ideologi politiknya menjadi karakter utama Turki dalam 3 tahun terakhir. Meskipun cara-cara kekerasan struktural sudah biasa dipakai oleh negara Turki sejak menjadi republik, pembungkaman secara masif semakin menjadi-jadi khususnya pada periode kedua kekuasaan Erdoğan.

Jadi wajar jika kemudian banyak di antara para pengritik pemerintahan Turki melihat bahwa pengunduran Davutoğlu dianggap sebagai preseden kuat terhadap proses pengekalan kekuasaan bagi Erdoğan. Pengunduran ini membuat siapa pun akan terkejut di tengah posisi Davutoğlu yang makin kuat, elegan dan tak ada secuil pun kata “melawan dan berseberangan” dengan Sang Presiden, apalagi sampai salah secara hukum.

Tetapi, misteri-misteri di balik kekuasaan politik memang selalu penuh kejutan dan tak jarang sangat menyakitkan. Dalam jumpa pers Davutoğlu, tak sedikit para simpatisannya yang mengucurkan air mata dan kecewa terhadap kenyataan tersebut. Dukungan moril terus mengalir dari publik. 


BlogBernando J. Sujibto
Mahasiswa program master Jurusan Sosiologi di Selçuk Üniversitesi. Minat penelitian: koflik dan kekerasan, peacebuilding dan literary field. Jurnalis lepas dan kolumnis di sejumlah media nasional. Mengeditori dan menulis sejumlah buku, menjadi playmaker untuk  @playplusina dan @spiritturki.
                        

Kunjungan Presiden Soekarno ke Turki

04.36.00 Add Comment

"Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno pernah berbicara banyak tentang Turki dan Atatürk dalam majalah Panji Islam"

[Presiden Soekarno di Kawasan Ulus, Ankara, setelah Keluar dari Gedung Parlemen Turki. Arsip Foto Koran Cumhuriyet]
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno pernah berbicara banyak tentang Turki dan Atatürk dalam majalah Panji Islam. Dalam artikel tersebut, Presiden Soekarno banyak membahas tentang dialektika perkembangan politik Turki di era akhir Kesultanan Usmani dan awal Republik Turki.

Ada satu kutipan menarik yang disampaikan oleh Presiden Soekarno: "Sebab, sebenarnya, orang yang tidak datang menyelidiki sendiri keadaan di Turki itu, atau tidak membuat studi sendiri yang luas dan dalam dari kitab-kitab yang mengenai Turki itu, tidak mempunyailah hak untuk membicarakan soal Turki itu di muka umum. Dan lebih dari itu: ia tidak mempunyai hak untuk menjatuhkan vonis atas negeri Turki itu di muka umum.

Nampaknya, Presiden Soekarno memiliki minat yang amat mendalam terhadap perkembangan politik di Turki hingga menulis pernyataan tersebut. 

[Presiden Soekarno Tiba di Lapangan Terbang Esenboğa Ankara, Disambut Presiden Celal Bayar (Kanan). Arsip Foto Kantor Kepresidenan Turki]
Beruntung, pada tanggal 24 April 1959, Presiden Soekarno berkesempatan untuk mengunjungi Ankara dan mengamati Turki secara langsung. Foto di atas menunjukkan Presiden Soekarno yang baru mendarat di Lapangan Terbang Esenboğa. Beliau tampak tersenyum bahagia, mungkin karena akhirnya beliau dapat bertandang ke tanah Turki, tempat yang pernah beliau jadikan inspirasi dalam memformulasi gagasan untuk Indonesia merdeka. Presiden Soekarno tampak disambut oleh Presiden Celal Bayar, salah satu politisi yang dekat dengan Mustafa Kemal Atatürk dan Presiden Turki ke-3. 

Selama di Turki, Presiden Soekarno berkesempatan mengunjungi Anıtkabir, makam Atatürk. Di Anıtkabir beliau berpidato di hadapan pemuda Turki dan menyampaikan bahwa Atatürk telah menjadi salah satu inspirasi Presiden Soekarno dalam merumuskan gagasan hubungan agama-negara. 

Selanjutnya, pada tanggal 26 April 1959, Presiden Soekarno juga mengunjungi Istanbul dan tempat-tempat bersejarah di kota tersebut. Pada tanggal 29 April 1959, Presiden Soekarno menyelesaikan kunjungannya di Turki dan melanjutkan kunjungannya ke Polandia. Sayang sekali, setelah kunjungan Presiden Soekarno dari Turki, nampak tidak ada artikel yang beliau tulis sebagai refleksi tentang kenyataan yang beliau lihat sendiri di Turki. 

Kunjungan Presiden Soekarno ke Turki ini tentu penting dan layak untuk kita ingat. Karena peristiwa tersebut merupakan awal dari kunjungan antar pemimpin kedua negara yang terus berlanjut hingga sekarang dan sekaligus menjadi fondasi bagi hubungan bilateral Indonesia-Turki yang terus membaik. Di masa-masa ketika Perang Dingin sedang memanas dan Turki pada masa itu menjadi bagian dari Blok Barat, Presiden Soekarno dengan pandangan Non-Bloknya tetap mencoba untuk membangun persahabatan dengan Turki --sebuah negara demokratis, modern, dan berpenduduk mayoritas Muslim. Presiden Soekarno pada saat itu mungkin memiliki keyakinan dan visi bahwa Turki suatu saat akan jadi salah satu negara yang punya ikatan kuat dengan Indonesia. 

Oleh karena itu, tak ada salahnya jika kita berharap semoga hubungan Indonesia-Turki tetap berlanjut dengan hangat dalam semangat persaudaraan!

(Diadaptasi dari berbagai sumber)


BlogHadza Min Fadhli Robby
Mahasiswa program master pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional di Eskişehir Osmangazi Üniversitesi. Mendalami isu-isu politik domestik dan luar negeri Turki sejak kuliah S1. Minat akademis: isu agama dalam hubungan internasional dan analisis politik luar negeri.