Membaca Sejarah pada Batu Nisan Usmani

01.47.00 1 Comment

Bentuk batu nisan perempuan juga sangat unik. Jika batu nisan laki-laki berbentuk persegi panjang, maka untuk perempuan batu nisan dibentuk menyerupai lekuk tubuh perempuan

[Batu Nisan Masa Usmani di Museum ETI Eskisehir. Foto +Hadza Min Fadhli Robby]
Melancong ke Istanbul tak lengkap rasanya jika tidak berziarah ke makam salah satu sahabat nabi yaitu Abu Ayyub Al-Anshari. Kompleks makamnya terletak di masjid Eyüp, Istanbul dan dikelilingi oleh makam-makam yang khas dari zaman kesultanan Usmani. Daerah Eyüp Sultan di Istanbul dipenuhi oleh banyak makam karena pada zaman Usmaniyah daerah ini merupakan pemakaman umum yang pada saat itu diharuskan berada di luar benteng kota Istanbul. Hanya para sultan dan orang-orang penting kesultanan yang dimakamkan di dalam benteng kota seperti Sultan Al-Fatih yang dimakamkan di kompleks masjid Fatih.

Pada zaman Usmani, setelah jenazah menjalani ritual keagamaan, hal yang akan disiapkan oleh masyarakat pada waktu itu ialah batu nisan. Tak seperti batu nisan di Indonesia yang pada umumnya hanya menuliskan nama, tanggal lahir dan tanggal meninggal si mayit, tetapi batu nisan Usmani penuh dengan simbol-simbol yang berarti dan memuat informasi lengkap mengenai si mayit. Umumnya, batu nisan Usmani memiliki lebar sekitar 50 cm dengan tinggi satu hingga satu setengah meter dan memiliki bentuk turban pada bagian atas batu nisan.

Batu nisan tertua yang pernah ditemukan di Istanbul ialah milik seorang pekerja yang sedang membangun benteng Rumeli untuk mendukung penaklukan Istanbul pada tahun 1453. Pada nisannya hanya tertulis bahwa si mayit meninggal karena terjatuh ketika bekerja dan dituliskan pula tahun meninggalnya pada 1452 ketika benteng tersebut dibangun. Pada abad setelahnya, batu nisan Usmani lebih banyak menggunakan kata-kata dari bahasa Turki daripada bahasa Arab. Batu nisan Usmani juga telah distandarisasi sehingga memiliki format penulisan yang sama.

Dengan adanya standarisasi batu nisan seperti ini maka mereka yang telah pergi masih dapat dikenang dan diketahui identitasnya oleh generasi setelahnya. Batu nisan Usmani umumnya pada baris pertama selalu tertulis pujian kepada Allah SWT seperti “huvvel baki” yang berarti “Ialah yang Abadi”. Setelahnya dijelaskan riwayat singkat si mayit mengenai pekerjaan, posisi di pemerintahan atau militer, dan hubungan keluarga. Lalu dijelaskan pula sebab kematiannya serta tanggal atau tahun kematiannya. Pada baris paling akhir selalu berupa ajakan untuk membaca surat Al-Fatihah untuk ruh si mayit.

Disamping informasi tertulis mengenai si mayit, batu nisan Usmani juga memiliki simbol-simbol seperti berbagai macam jenis turban pada ujung batu nisan. Setiap jenis turban melambangkan jenis tarikat keagamaan berbeda pada zaman itu. Turban atau tutup kepala juga menunjukkan peringkat di militer atau pemerintahan di kesultanan Usmani. Bentuk batu nisan perempuan juga sangat unik. Jika batu nisan laki-laki berbentuk persegi panjang, maka untuk perempuan batu nisan dibentuk menyerupai lekuk tubuh perempuan. Kemudian ditambah ornamen-ornamen yang melambangkan kewanitaan seperti bunga mawar atau bros.

Kini, makam di Turki modern tampak berbeda. Tidak ada lagi simbol turban maupun bentuk batu nisan tinggi persegi panjang. Dengan bertuliskan bahasa Turki berhuruf latin, batu nisan Turki modern terkadang hanya memuat pujian kepada Allah seperti “huvvel baaki”, nama, tanggal lahir, tanggal wafat dan ajakan membaca surah Al-Fatihah untuk si mayit.


Fikri Rahmat
Penulis adalah mahasiswa S1 Ilmu Politik dan Hubungan Internasional, Yıldız Teknik Üniversitesi, İstanbul. Penerima beasiswa YTB 2014. Minat kajian sejarah politik, kebijakan publik, dan bahasa.

Ringkasan Live TeaTalk: Kupas Habis Beasiswa YTB

19.50.00 17 Comments

Pengalaman sebelumnya, sertakan saja nilai raport sampai paling akhir

[Dokumen Turkish Spirit
Sebagai rangkaian acara Satu Tahun Turkish Spirit dengan tagline 1th AnniverTSary, Menghadirkan Turki Lebih Seru, acara perdana berlangsung pada Sabtu, 28 Januari 2017 dengan topik Live TeaTalk: Kupas Habis Beasiswa Turki. Acara ini dikomandoi oleh Didid Haryadi, Roida Hasna Afrilita dan Hadza Min Fadhli R (tim dari Turkish Spirit) dengan dibantu oleh mahasiswa Indonesia di Turki seperti Shah Firizqy, mahasiswa Teknik Mesin di Selcuk University. Acara yang live via Hangout, Instagram dan Youtube tersebut diikuti dengan sangat meriah oleh pelajar-pelajar di tanah air yang tertarik dengan beasiswa Turki. lebih dari 90 participan ikut dalam TeaTalk via Hangout.

Karena banyak permintaan dari peserta yang tidak sempat ikut penuh, berikut adalah dokumentasi dan trankrip acara tersebut. Kami meringkas Live TeaTalk ke dalam bentuk Questions Answers berikut ini:

Bagaimana perjuangan selama kuliah di Turki?
Perjalanan selama kuliah di Turki tentunya penuh tantangan, kita harus siap berjuang lebih keras dari pada biasanya. Kendala bahasa adalah salah satu kendala yang paling mencolok. Ketika kuliah kita harus bisa memahami dan menjelaskan matakuliah dengan Bahasa Turki. Sementara kita hanya belajar Bahasa Turki selama 1 tahun di TOMER dan itu jauh dari kata cukup untuk bisa menjadi bekal selama kuliah berbahasa Turki di sini. Jadi selesai TOMER pun kita harus tetap belajar Bahasa Turki sendiri.

Apakah ada persyaratan tertentu dari YTB untuk mempertahankan beasiswa kita?
Ada batas IPK minimal yang harus dipenuhi oleh awardee YTB sebagai syarat mutlak yang diberlakukan oleh pemerintah Turki. Kalau tidak sampai target akan dipotong mulai dari 25%, 50% sampai dihentikan total.

Untuk sesi pendaftaran S2 apakah ijazah SMA juga dicantumkan?
Iya dicantumkan.

Berapa kisaran biaya untuk yang membawa pasangan?
Biaya hidup untuk pasangan pastri macam-macam dan berbeda sesuai dengan kota. Kota besar seperti Istanbul, Ankara, Izmir, Bursa mungkin main minimal 1000 TL per bulan. Kota kecil seperti Konya, Kayseri, dll bisa dengan uang minimal 700 TL per bulan.

Bagaimana dengan sertifikat-sertifikat yang kita punya, apakah harus diterjemahkan semua?
Kalau punya sertifikat apapun lebih baik dimasukkan saja dan tidak perlu diterjemahkan baik ke dalam Bahasa Inggris maupun bahasa Turki.

Apakah untuk pendaftar S2 harus memiliki kenalan professor atau dosen di Turki?
Akan lebih baik kalau kalian punya kenalan professor atau dosen di kampus Turki. Dari situ bisa langsung membicarakan topik pebelitian dan bisa diskusi. Tapi ingat, itu bukan syarat wajib. Kalian yang mau studi postgraduate di Turki dan tidak kenal dengan professor atau dosen tidak masalah. Yang terpenting dan paling bagus adalah jika kalian pernah melakukan kerjasama untuk riset atau penelitian tertentu, mungkin juga pernah menulis bersama untuk suatu jurnal bersama profesor atau dosen di manapun. Itu justru yang lebih bagus dan sangat mungkin menjadi faktor kalian lolos.

Apakah ada kesempatan untuk ikut pertukaran pelajar ke Eropa?
Ada. Untuk mahasiswa S1 sampai S3 jika kampusnya memiliki kerjasama dengan Erasmus kita bisa mengikuti proses seleksi untuk pertukaran pelajar Erasmus+. Cukup banyak mahasiswa Indonesia yang ikut.

Kalau kita pernah mendapatkan beasiswa lain, apakah perlu dicantumkan?
Kalau di dalam aplikasi tidak ada kolom khusus untuk membahas itu tapi kalian bisa masukkan di bagian pengalaman kalian kalau dipanggil wawancara bisa kalian jelaskan lebih lanjut tentang beasiswa yang pernah didapatkan. Kalau beasiswanya adalah untuk kuliah selevel Turkiye Burslari ini dan kalian menolak beasiswa tersebut, siap-siap untuk membuat alasan kenapa kamu lebih memilih YTB daripada beasiswa dari institusi/negara lain.

Alam pemilihan jurusan dan universitas kita dibolehkan untuk memilih jurusan dan universitas yang kita mau. Nah, gimana klo kita pilih dua jurusan yang berbeda. Dan untuk esai yang menanyakan alasan memilih jurusan tersebut apakah harus dijelaskan memilih kedua jurusan tersebut atau hanya menjelaskan pilihan yang paling diprioritaskan?
Silahkan pilih jurusan bebas. Khususnya ini untuk yang daftar S1. Banyak kok yang kasus seperti itu, pilih Jurnalistik tapi masuknya di Bisnis Administrasi misalnya. Esainya ya lebih fokus ke jurusan yang kalian suka.

Kak, kiranya untuk Hubungan Internasional di Turki bagusnya di mana yaa?
Hubungan Internasional di Turki yang bagus silahkan cek kampus berikut: METU – Bogazici Univ – Koc Univ –Sabanci Univ – Bilkent Univ – Ankara Univ - Istanbul Univ - Istanbul Bilgi Univ – Kadir Has Univ. Sudah banyak anak Indonesia yangg ambil HI. Syarat untuk masuk HI: usahakan punya TOEFL atau IELTS yang bagus. Kalau bisa ada GRE dan SAT.


Kak, universitas apa yang bagus untuk pendidikan dan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini?
Secara umum kampus-kampus Turki mempunyai jurusan pendidikan dan juga untuk Anak Usia Dini. Coba untuk Pendidikan Anak Usia Dini, silahkan googling kata kunci "Okul Oncesi Ogretmenligi" dan cari versi bahasa Inggrisnya. Di sana sudah banyak dijelaskan tentang jurusan dan kampus-kampus mereka. Rekomendasi kampus: silahkan cek di Bogazici Univ, Bahcesehir Univ, METU, Baskent Univ, Hecettepe Univ, Ege Univ, Uludag Univ, Ankara Univ, Anadolu Univ, dll. Dan kampus-kampus tersebut juga menyediakan jurusan Pendidikan.

Apakah boleh sambil bekerja?
Sebenarnya tidak boleh bekerja bagi yang dapat beasiswa YTB, tapi kalau sambil kerja ngisi waktu part time dan informasl asal tidak ketahuan silakan.

Yang ambil Manajemen Bisnis ada belum? Di univ mana? Harus linear-kah?
Manajemen Bisnis di mana-mana ada, tidak musti linear. Tapi harus ikut program persiapan selama setahun untuk matrikulasi materi bagi yang  tidak linear. Diharapkan linear supaya tidak perlu ikut matrikulasi setahun.

Menurut pengalaman kakak saat interview, kakak ditanya apa saja?
Interview beasiswa studi standar di mana-mana, seperti ditanya motivasi dan kenapa memilih Turki, dan visi kamu ke depan, apa yang akan kamu lakukan setelah studi, dll.

Bagaimana dengan jurusan Pendidikan Sosiologi?
Turki untuk S2 tidak populer istilah "Pendidikan Sosiologi". Masukknya langsung Institute Ilmu Sosial.

Untuk jurusan STUDI ISLAM di mana yang bagus?
Jurusan keagamaa (Fakultas Ilahiyat) yang bagus antara lain:
Ankara Univ – Istanbul Univ – Necmatin Erbakan Univ – 29 Mayiz Univ – Uludag Univ

Surat rekomendasi biasanya dari siapa? Saya masih sma
Surat rekom minta ke Kepada Sekolah, satu lagi ke orang yang berposisi bagus yang tahu kamu dengan baik. Misalnya kalau kamu mau jurusan jurnalistik, minta rekom satu lagi ke Redaktur Koran atau lembaga terkait. Untuk Master dan Doctoral, surat rekomentasi sangat strategis. Itu juga sebagai penguat aplikasi kita. Semakit kuat surat rekomnya semakin bagus. Misalnya dari supervisor atau peneliti-peneliti dan intelektual.

Apakah harus dapat LOA dulu?
YTB tidak memerlukan LOA. Yang penting fokus dulu biar lolos selekasi. Nanti semuanya diurus secara rapi oleh YTB.

Apakah dokumen harus diterjemahkan ke dalam bahasa Turki?
Sebenarnya bagus kalau diterjemah semua setidaknya dalam bahasa Inggris. Tapi, yang paling penting bahasa Inggris dulu untuk submit aplikasi awal (khususnya dokumen resmi seperti ijazah dan transkrip). Yang lain tidak diterjemah tidak masalah. Kalau lolos seleksi nanti di Turki bisa terjemah dokumen apa saja yang dibutuhkan oleh kampus-kampus Turki.

Untuk anak SMA, kalau belum ujian dan belum ada keterangan lulus bagaimana?
Pengalaman sebelumnya, sertakan saja nilai raport sampai paling akhir.

Pesan TS: Silahkan dibaca dulu artikel-artikel kami tentang beasiswa dan studi di Turki di link Rubrik Studi. Semoga diberikan jalan yang terbaik buat kita.


Ditranskrip oleh @bjeben @roidanana @dididharyadi

Kuliah Sarjana di Turki? Yakin?

14.01.00 Add Comment

Nilai kehidupan yang didapat di sini, nggak akan ditemukan di zona nyamanmu

[Summer di Kampus Turki. Foto +Hari Pebriantok]
Hampir semua mahasiswa Indonesia di Turki, khususnya setingkat sarjana, pernah mendapat pertanyaan “Kenapa Turki?”. Menarik pikir saya. Pertanyaan yang satu ini, klise tapi asyik. Jujur saja, sebagai Maba (mahasiswa baru) yang terhitung baru tiga bulan hidup di Turki, rasa-rasanya belum mau menjawab banyak. Biasanya saya cukup bilang, “Alhamdulillah, soalnya ada beasiswa”, atau “Emang mau study abroad”, atau juga “Karena Turki bagus”, atau hal-hal lain yang menjelaskan tentang keunikan Turki. Jawaban seperti ini mungkin cukup menjawab, tapi sebenarnya tersimpan banyak alasan lain, utamanya setelah sampai di Turki.

Ya, sesampainya di Turki, “kenapa Turki” memiliki “karena” yang mungkin saja tidak bagi semua orang sejalan. Bagi sebagian, butuh yang namanya ngecay (teh) dan bertukar pikiran, lalu bisa paham. Alasan itu sungguh beragam dan bagi saya begitu esensial! “Nilai kehidupan yang didapat di sini, nggak akan ditemukan di zona nyamanmu.” Satu jawaban saya dapat dari banyak mahasiswa yang sudah merasakan manis-pahit hidup di Turki. Terdengar idealis sekali ya? Tapi nyatanya, sangat realistis. Nol persen kami menggantungkan hidup pada siapapun. Orang tua di Indonesia, teman kamar, bahkan teman Indonesia yang tinggal satu kota di sini. Terdengar sulit? Sedikit, tapi seru selebihnya.

Saya melihat, hampir semua teman-teman sarjana di sini pun punya semangat tinggi untuk selalu belajar. Untuk terus melanjutkan studi, baik yang ada di depan mata maupun tingkat selanjutnya, lalu berkelana ke berbagai kota dan negara sambil membawa nama “Indonesia”, dan makna “belajar” yang lain-lain. Mereka penuh target dan mimpi mulia. Namun demikian tak perlu muluk-muluk, hidup dijalani dengan baik, cukup.

Bicara membawa nama “Indonesia”, saya sendiri merasakan meningkatnya rasa nasionalisme setelah sampai di sini. Secara tidak langsung, kami merepresentasikan Indonesia. Di mana-mana selalu ditanya, “Nerelisin?”, kamu dari mana? Dalam beberapa kesempatan pun memperkenalkan Indonesia lewat bidang seni-budaya. Semakin sadarlah kekayaan negeri sendiri. Bahkan saat bertemu dengan teman Indonesia saja, rasa “Bhineka Tunggal Ika” itu semakin bertambah. Mau tidak mau semua orang Indonesia yang tinggal di kota kita adalah keluarga. Tidak peduli dari kota dan pulau apa, agama dan bahasa lokalnya bagaimana, apalagi orangnya seperti apa, keberagaman itu justru menambah semangat nasionalisme yang selama ini lebih banyak dipelajari di sekolah saja.

Tidak hanya nasionalisme, meningkat pula apa yang disebut dengan rasionalisme. Mengalami perbedaan budaya dan bahasa, mendapat pengalaman baru bahkan dari hal-hal kecil setiap harinya, berada di lingkungan pertemanan orang Turki dan internasional, membuat kami belajar apa itu toleransi. Jelas, tanpa perlu menanggalkan hal-hal yang bersifat prinsip. Hidup di negeri lain juga membuat kami (harus) lebih terbuka terhadap ilmu baru dan isu lokal hingga global. Tentu, tak ketinggalan untuk memerhatikan negeri sendiri.

Dalam hal akademis, mereka pun memaknai “nilai” sebagai suatu hal yang berbeda. “Nilai. Kalau kamu cari nilai alias IPK, sekolah di Indo aja. Di sini, bukan IPK hal utama yang dicari.” Begitu seorang kakak berbagi pada saya. Bagaimana dosen di sini memberi IPK dengan di Indonesia berbeda. Bagi mahasiswa asli Turki saja, IPK 3 adalah hal yang luar biasa istimewa menurut penuturannya. Apalagi bagi mahasiswa asing yang terkendala bahasa. Walau begitu, tak terhitung jumlah mahasiswa Indonesia yang berprestasi di masing-masing kampusnya.

“Persoalan pekerjaan, tidak perlu takut sih. Apalagi persoalan link. Semua tergantung orangnya,” begitu kira-kira penuturan para mahasiswa yang banyak dari mereka pun kuliah sambil bekerja, berorganisasi dan berkomunitas, serta produktif di bidangnya masing-masing. Ini adalah satu dari sekian banyak poin yang sering di(per)tanyakan orang Indonesia mengenai kuliah sarjana di luar negeri.

Jadi perlu digarisbawahi bahwa sekolah sarjana di Indonesia dan luar negeri, dalam hal ini khususnya Turki, adalah satu hal yang tidak bisa dibanding-bandingkan. Kesempatan yang ada, pengalaman yang didapat, tantangan yang dihadapi, serta segala baik-buruknya jelas berbeda. Sehingga “pilihan masing-masing” adalah kesimpulan yang tepat. Asal jangan pernah berhenti belajar saja, di manapun dan kapanpun.


Sonia Dwita
Bergabung dengan tim Turkish Spirit. Calon mahasiswi S1 Journalism Studies, Selçuk University, Konya, Turki. Saat ini sibuk menikmati kelas persiapan bahasa Turki. Pernah aktif menjadi jurnalis remaja di Koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Concern dan turun tangan pada isu pendidikan dan lingkungan. Jatuh hati pada dunia seni khususnya musik, sejak belasan tahun silam. Sonia hobi menulis catatan harian juga puisi, kadang dibagi di blog pribadinya di sini.

Ejder Akan Tetap Hidup...

01.18.00 Add Comment

Jangan biarkan anak kita mati, aku tak punya kekuatan untuk bertahan

[Bersama Anak-Anaknya. Foto +aljezeera]
Abdulwahab Özkan dan Emine Özkan adalah pasangan suami istri asal Diyarbakır yang telah kehilangan tujuh anaknya sejak 1986. Karena para dokter tidak berhasil mendiagnosa penyakit penyebab kematian anak-anaknya, tetangga-tetangganya menyebut kematian mereka karena kutukan ataupun gangguan jin. “Aku tak ingin kehilangan anakku yang kedelapan, kata Abdulwahab Özkan. Kemudian ia membawa anaknya ke Istanbul. Ejder yang didiagnosa memiliki kerusakan ritme genetik menjalani operasi. Ayah Özkan, mengabarkan berita gembira kepada istrinya di Diyarbakır melalui telepon. Ejder akan tetap hidup….

Abdulwahab dan Emine Özkan merupakan pasangan yang menikah tahun 1985. Anak mereka yang pertama lahir pada 1986. Mereka memberi nama Suvar untuk anak pertamanya. Ketika menginjak umur 6 tahun, Suvar mulai mengalami gejala-gejala tak normal—mudah pingsan. Ayah Özkan kemudian menceritakan kejadian saat itu.

“Anakku setelah menginjak usia keenam mulai mudah pingsan. Sedikit saja dia lelah atau lari, langsung lemas. Kami membawanya ke dokter. Ketika kami sedang menunggu kabar mengenai penyakit apa yang diderita Suvar, Semoga amalnya diterima di sisi-Nya, tabahkan hati Anda, kata dokter yang keluar dari ruangan. Kematian tiba-tiba, kata mereka. Kami ambil jasad anak kami da kembali ke desa. Takdir, kataku.

Kutukan

Ada yang bilang kejadian yang telah menimpa anak-anak pasangan Özkan adalah kutukan atau pun karena ulah jin. Mereka mencoba membawa anak-anak mereka yang lain ke orang pintar namun kesedihan mereka tetap berlanjut. Ibu Emine selain sedang bersedih karena kehilangan anaknya juga mencoba sekuat tenaga menjaga anak-anaknya yang lain.

Anak yang baik, pasti dia kena kutukan atau dia telah diganggu jin,’ kata orang-orang yang datang bertakziah setelah pemakaman anak kami. Ucapan mereka membuatku dirundung rasa takut. Aku tak mengizinkan mereka pergi sebelum membaca surat Alfalaq, Annas dan ayat kursi. Aku berusaha melindungi mereka. Namun aku tak bisa apa-apa.”
Mereka selalu pulang membawa jasad tak bernyawa anak-anaknya.
Enam Anak Mereka Meninggal Kemudian

Setelah meninggalnya Suvar pada tahun 1986, keluarga Özkan telah kehilangan enam anak mereka sampai dengan tahun 2009: Cemile (6 tahun), Sara (9 bulan), Mehmet Şirin(8 bulan), Recai(7 bulan), Remzi (5,5) dan Ahmet (6 tahun). Mereka meninggal setelah mengalami keluhan yang sama. Dari para dokter, mereka tak mendengar kata selain “kami sudah berusaha semampu kami”, “penyebab kematian tidak jelas”. Mereka selalu pulang membawa jasad tak bernyawa anak-anaknya.

Jangan Biarkan Ejder Mati

Anak ke delapan keluarga Özkan sedang sakit. Mereka tak bisa berbuat apa-apa. “Jangan biarkan anak kita mati, aku tak punya kekuatan untuk bertahan,” kata Emine Özkan. Menindaklanjuti keinginan istrinya itu, Abdulwahab Özkan membawa Ejder ke dokter dan menceritakan kondisi anaknya secara rinci.

Mereka membawa Ejder dari sekolah, menurut mereka Ejder jatuh pingsan. Aku dan istriku saling tatap. Ia memegang lenganku, jangan biarkan Ejder mati, kata dia. Aku tak berdaya, ketika aku membawanya ke dokter aku berpikir akan membawa jasadnya tanpa nyawa pulang. Hal itu terjadi pada tujuh anakku. Aku pergi ke dokter. Pak dokter tolong saya, tujuh anak saya telah meninggal, selamatkan anakku ini. Mendengar hal itu dokter gugup. Ia mengambil grafik jantungnya dan mendengarkan ritmenya. Masalah ini harus ditangani para ahli, bawalah dia ke Ankara atau Istanbul,’ perintahnya. Aku mencari tahu dan mengetahui bahwa di rumah sakit Universitas Medipol Istanbul ada dokter ahli tentang ini. Setelah aku meminjam uang dari kerabat dan tetangga aku pergi ke Istanbul.

Ejder Menjalani Operasi

Para dokter yang memeriksa ritme detak jantung Ejder menemukan kelainan yang disebut Cpvt pada jantung Ejder. Cpvt merupakan kelainan ritme detak jantung yang bisa menyebabkan kematian. Seketika itu Ejder menjalani operasi. Abdulwahab kemudian menelepon istrinya.”Ejder tak akan mati,” ujarnya.

“Para dokter seketika mengoperasi Ejder. Mereka bersedih mengetahui aku telah kehilangan tujuh anakku. Mereka sangat memudahkanku. Aku anggota yeşil kart. Aku tak memiliki asuransi kesehatan satu pun. Ia menginap di rumah sakit selama 10 hari. Kemudian mereka mengizinkan pulang. Kami mengambil obat dan pulang. Sekarang ia sedang menggunakan obat. Ia juga dalam pengawasan dokter. Mereka mengatakan ini merupakan penyakit genetik. Sekarang kami memiliki lima anak, ketika pergi ke dokter kami mengatakan ada penyakit genetik dan menginginkan pencegahannya. Alhamdulillah kondisi mereka baik. Tujuh anak kami bisa saja tidak mati, namun dokter saja tak tahu penyebab kematian mereka, bagaimana bisa aku mengetahui penyebab kematiannya. Kami hanya bisa sebut ini sebagai takdir. Allah menghadiahkan Ejder untuk kami.

Kerusakan Ritme Detak Jantung adalah Urusan Para Ahli

Menurut Prof. Dr. Volkan Tuzcu Direktur Klinik Fisiologi Anak Rumah Sakit Universitas Medipol Istanbul, kerusakan ritme detak jantung adalah kasus yang perlu ditangani oleh para ahli dan Turki sangat kekurangan ahli dalam bidang ini.

“Cpvt adalah kerusakan ritme detak jantung yang bisa menyebabkan kematian mendadak. Ejder jatuh pingsan ketika kaget atau takut. Kami melakukan tes efor dan melakukan diagnosa. Terjadi operasi pemotongan saraf sempatik. Perawatan obat dimulai. Kami kembali melakukan tes efor dan kerusakan detak jantung yang berbahaya telah sirna, sekarang dalam pengawasan kami.

Penyebab Kematian Anak-anak tidak Diketahui

Prof. Dr. Volkan Tuzcu juga mengomentari para dokter yang mengatakan tidak tahu penyebab kematian anak-anak Özkan. “Walaupun dilakukan otopsi belum tentu penyebab kematian bisa diketahui.”

Diterjemahkan darai Aljazeera Turk, penulis Abdülkadir Konuksever oleh Hari Pebriantok.


Hari Pebriantok
Salah satu pendiri Turkish Spirit. Hari berasal dari Sragen, Jawa Tengah dan alumni jurusan Jurnalistik Selcuk University, Konya Turki. Menjadi penerjemah profesional Turki-Indonesia dan sebaliknya. Untuk korespondensi bisa dikontak via aku-akun media sosial di sini. Hari menyukai tulisan reportase, travel note dan sekaligus fotografi.

Pesona Indonesia bagi Bennu Gerede

01.34.00 Add Comment

Saya yakin (Bali) akan menambahkan petualangan dalam hidup anak-anak saya dan hidup kami juga

[Foto agoda.com]
Tak ada kata terlambat dan tidak mungkin! Mimpi semua orang dapat terwujud, termasuk Bennu Gerede. Kakek buyutnya adalah ajudan Hüsrev Gerede, ibunya sineas senior Turki Canan Gerede, dan ayahnya Selçuk Gerede adalah kepala dokter di New York. Sementara Bennu Gerede adalah pekerja seni fotografi keturunan Turki dengan 4 anak, yang musim panas tahun 2016 membuat keputusan tiba-tiba dalam waktu 10 hari untuk pindah ke Bali dengan keempat anaknya.

Berikut adalah petikan wawancara yang diterjemahkan oleh tim Redaksi Turkish Spirit, Azahra Nurhabiba dari bahasa Turki.

Bagaimana hari-hari pertama Anda di sebuah negara asing yang tidak Anda kenal. Apakah Anda menyesal? Bagaimana Anda menyesuaikan diri?

Bali, sejak pertama kali saya menginjakkan kaki, seperti langsung menerima dan memelukku. Saya tidak menemukan keanehan dan keganjilan apapun. Ini seperti saya sudah lama menghabiskan hidup di sini. Orang tidak pernah melihat saya sebagai turis. Saya langsung beradaptasi. Sebelum pindah ke Bali, saya dan ibu saya datang untuk melakukan observasi. Kami langsung jatuh cinta dan kami berkata, “Saya yakin (Bali) akan menambahkan petualangan dalam hidup anak-anak saya dan hidup kami juga”. Di Turki, kami seperti di dalam roda, seperti jalan buntu, di lingkaran setan. Keadaan yang monoton seperti itu harus diubah. Di sekolah yang sekarang murid-muridnya lebih sedikit, guru-gurunya peduli dengan anak-anak. Untuk saya, ini semua adalah kemewahan. Mereka bisa pergi ke sekolah dengan motor, setiap hari mereka melewati alam tropis. Setiap pemandangan di jalan menceritakan kisah hidup. Kenangan dan pemandangan seperti ini yang akan terus teringat sepanjang hidup.

Apakah ini kehidupan kedua Anda? Bagaimana Anda mendeskripsikannya?

Mungking bisa jadi yang ketiga. Sebelum anak-anak lahir, kehidupan saya banyak di New York. Setelah anak-anak lahir, saya di Istanbul dan lalu kini di Bali, sebagai kehidupan kami yang ketiga dan baru! Kehidupan saya dengan mereka setiap detiknya sangat berharga dan sibuk sekali! Di sini saya menjadi lebih dekat dengan anak-anak saya, kami mulai mengenal satu sama lain dengan cara yang berbeda.

Bagaimana keadaan geografis di sana?

Di sini hujan, tetapi tiba-tiba matahari bisa muncul. Iklimnya bisa dibilang setiap saat panas, misalnya sekarang musim dingin (di Turki) tetapi di Bali 27 derajat, terkadang juga bisa berangin, tapi orang tidak akan kedinginan. Tanaman herbal dan alam tropis sangat kaya. Buah-buahannya sangat luar biasa dan tentu saja yang paling menarik adalah murahnya. Orang-orangnya luar biasa, murah senyum, senang membantu, dan sangat simpel. Jika Anda ingin hidup yang hedonis, di sini adalah surganya.
[Bennu Gerede. Foto +Hurriyet.com.tr]
Apakah masyarakat ramah di sana? Apakah mereka mempunyai empati tinggi? Misalnya apa ada pembedaan (ras, dll)?

Di sini, masyarakat lokalnya sekitar 80% Hindu, 13% Muslim dan sisnya Budha dan Kristen. Selama yang saya lihat semua orang hidup harmonis. Di kemacetan pun mustahil mendengar suara klakson, kehidupannya sangat selaras di antara masyarakat. Tensi politik sangat rendah dan bangsanya cukup bahagia, cinta dan ketenangan tampak di mata mereka. Jika di dalam manusia ada kedamaian dan cinta, empati dan hormat secara alami akan menjadi tinggi. Salah satu alasan saya untuk tinggal di sini adalah (masyarakat) menghormati kehidupan pribadi masing-masing individu dan tidak adanya konsep prasangka.

Apakah Anda ada pesan dari sana untuk Turki?

Untuk semua hal, tidak ada kata terlambat dan tidak mungkin! Semua orang bisa mewujudkan mimpinya.

Diterjemahkan dari Hurriyet


Azahra Nurhabiba
Tim redaksi Turkish Spirit, mahasiswi International Trade and Management di Bulent Ecevit Universitesi, Zonguldak, kota kecil di tepi Laut Hitam. Mahasiswa yang jarang belajar dan mengisi kebanyakan waktunya dengan dengan membaca, menulis, dan bermain gitar. Berasal dari kota kecil di Jawa Timur, Kediri. Instagram @azahrarona.

Beasiswa YTB 2017 Telah Dibuka

15.33.00 3 Comments

Beasiswa YTB 2017 sudah dibuka!

[Foto: Situs YTB]
Salam Dera Tsers, sudah siap coba mendaftar untuk studi di Turki dengan beasiswa YTB? YTB 2017 sudah dibuka! Nah, bagi kitorang yang ingin mendaftar beasiswa tersebut silahkan merapat. Kami ingin menyediakan link-link penting demi membantu semua. Silahkan dipelajari secara detail link-link berikut.

1. Situs resmi berbahasa Inggris Beasiswa YTB silahkan buka tautan Turkish Scholarship atau langsung ke fanpages Facebook mereka di sini. Untuk membuat akun online YTB silahkan buka link ini.
2. Untuk pengalaman dari teman-teman kita sebelumnya, mari dibaca dengan asyik Pengalaman Beasiswa YTB dan Pengalaman Beasiswa YTB 2016.
3. Bagi yang bingung dan ingin tahu pertanyaan seputar YTB, mari meluncur ke FAQ Beasiswa YTB
4. Untuk Letter of Intent, silahkan cermati Letter of Intent Beasiswa YTB
5. Bagi yang sudah siap wawancara, ini dia Pengalaman Wawancara Beasiswa YTB
6. Terakhir, untuk serba-serbi YTB silahkan buka tautan Beasiswa YTB Cocok buat Kamu, Beasiswa ke Turki? Siapkan 5 Hal Ini,

Semoga membantu.

Salam TSers 


Studi Teologi di Kampus Turki

20.25.00 1 Comment

Mahasiswa keagamaan di Turki bisa jadi akan merasakan pengalaman campur aduk 'Timur dan Barat'

[Uludağ Üniversitesi İlahiyat Fakültesi. Foto uludag.edu.tr]
Tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman, bukan penelitian mendalam; ini gambaran saya tentang studi keagamaan di Negara Asia berbatas Eropa berpenduduk mayoritas Muslim, Turki. Calon mahasiswa yang berminat belajar keagamaan di universitas-universitas Turki, swasta ataupun negeri, masuk melalui satu pintu, Fakultas Teologi (Türkçe: Ilahiyat Fakültesi, English: Faculty of Theology). Turki, walaupun berpenduduk mayoritas Muslim, masih belum memiliki universitas yang mengandung kata Islam di namanya. Tak ada padanan UIN, IAIN, ataupun STAIN. Namun, berdasarkan program baru pemerintah, sejak 2012, semua universitas negeri di Turki wajib mempunyai Ilahiyat Fakültesi (selanjutnya IF).

Tak seperti di Indonesia ataupun negara-negara Arab, semua jurusan keagamaan dibungkus ke dalam satu fakultas tersebut. Di bawah nama Ilahiyat Fakültesi, terdapat 4 departemen (terkadang lima, tergantung selera). Departemen Dasar Studi Islam (Temel Islam Bilimleri), Filsafat dan Studi Agama (Felsefe ve Din Bilimleri), Sejarah dan Kesenian Islam (Islam Tarihi ve Sanatları), serta Pendidikan Kebudayaan Islam dan Ahlak.

Departemen-departemen di atas masih memiliki beberapa program studi seperti Tafsir, Hadis, Tasawuf, Ilmu Kalam, Bahasa Arab yang berada di bawah departemen Dasar Studi Islam, juga Filsafat Islam, Sejarah Agama dan Antropologi Agama yang ada di naungan departemen Filsafat dan Studi Agama.

Sepengetahuan saya, model pembagian jurusan seperti ini merupakan model yang telah ada di universitas-universitas Eropa dan Amerika. Mungkin saja adopsi, karena sistem administrasi di universitas Turki secara garis besar telah menganut standar Bologna, sistem kredit gaya Eropa yang bernama ECTS (European Credit Transferring System). Pun juga di IF, tiap semester para mahasiswa disediakan minimal 30 kredit, termasuk kredit dari mata kuliah wajib.

Mahasiswa keagamaan di Turki bisa jadi akan merasakan pengalaman campur aduk 'Timur dan Barat'. Alquran adalah mata kuliah wajib. Tahfidz (hafalan), Tajwid (bacaan), juga Tafsir selalu disoalkan tiap ujian akhir semester, hal yang masih lumrah terjadi di Universitas-universitas di Negara Arab. Namun, para mahasiswa juga akan sangat akrab dengan karya-karya 'Barat' macam Tractatus Logico-Philosophicus-nya Wittgenstein atau The World's Religions-nya Smith, yang baru meninggalkan kita akhir tahun 2016. Mahasiswa IF juga berkesempatan mengambil semester lanjutan lewat program pertukaran pelajar Erasmus ke Eropa, atau program Mevlana ke Arab dan Asia.

Karena berada dalam lingkungan yang sangat luas (Ilahiyat Fakültesi), mahasiswa strata satu bebas memilih mata kuliah yang disuka, lintas jurusan lintas keilmuan. Penjurusan program studi hanya ditujukan pada para mahasiswa strata dua. Buku wajib yang diajarkan tiap mata kuliah rata-rata adalah karya para pengajar di kampus. Gaya perkuliahan sedikit banyak mirip di universitas-universitas di Indonesia, materi-diskusi-presentasi. Beberapa dosen senior mempunyai jadwal ngaji blandongan gaya pesantren (pengajian kitab dengan metode ceramah). Di kampus saya, Uludağ Üniversitesi, ada Prof. Bilal Kemikli yang mengajar Safahat, Fatih Birgul yang mengampu Risalah-nya Ibnu Sina, juga Murat Yurtsever yang mengaji Sahih Bukhari.

Oh iya, di kampus negeri, biasanya, gedung IF beda lokasi dengan fakultas lain. IF juga mempunyai masjid sendiri, wakaf milik sendiri (yang biasanya memberi beasiswa bagi mahasiswa IF), juga penerbit sendiri.

Di Uludağ Üniversitesi, 80 persen (kira-kira, saking banyaknya) mahasiswa IF adalah perempuan. Suatu pagi saat musim ujian, saya keluar dari tangga dan menjumpai para mahasiswi yang telah berbaris penuh di lorong lantai dua, bukan menyambut saya, namun mendaras hafalan mereka.


M Mu'afi Himam
Penulis adalah penerima beasiswa YTB. Mahasiswa master pada program studi Sejarah Agama-Agama, Uludağ Üniversitesi, pengampu weblog www.masmuafi.com.

Indahnya Kuliah di Turki

17.45.00 7 Comments

Entah mengapa pertama kali tiba di Konya saya merasakan hampir seperti di rumah sendiri

[Salah Satu Kampus di Konya. Foto +Bernando J. Sujibto]
Betapa senangnya jika bisa kuliah ke luar negeri. Entah mengapa menyenangkan, padahal belum tentu kualitas kampus di luar negeri lebih baik daripada di Indonesia. Perasaan ini memang tidak bisa dinalar. Entah datangnya dari mana. Yang jelas ini pasti akibat doktrin “luar negeri” yang artinya super jos, wah, naik pesawat, salju, makan roti, tidak ada nasi, dan lain-lain.

Sampai-sampai saya pernah bilang pada teman saat kuliah S2. “Mbah Hambal,” kataku memanggilnya “Ayo kuliah ke luar negeri. Ndak penting jurusan apa yang penting ke luar negeri. Ke Mesir, ke Sudan, ke Yaman, kek. Entah di sana ngambil jurusan olahraga atau menjahit ndak masalah. Yang penting orang rumah tahunya luar negeri. Nanti pulang dipanggil Pak Yai biar bisa gampang dakwahnya.”

Tawa pun meledak…. kekekek…kwkwakwk…. Tawa kami seperti orkestra yang dipimpin oleh Bethoven KW minus 4 derajat C. Tawa campuran Jawa Nganjuk sepuhan Kediri dan Madura Jember.

Sejak guyonan tersebut saya beruntung karena ternyata dapat menapakkan kaki di Turki. Tempat Nabi Musa bertemu dengan gurunya, Nabi Khidr. Lebih indah lagi bisa hidup di kota santrinya Turki. Bumi Cinta Mevlana, kotanya Jalaluddin Rumi. Ketika saya menempuh studi di sini, banyak teman-teman yang bertanya mengenai situasi dan kondisi di Turki. Entah yang berbau studi murni maupun kondisi sosial politik. Mereka tertarik untuk studi di sini. Saya pun mencoba jujur dan menjawab dengan data-data, sebagaimana saya sejak di bangku kuliah digembleng untuk menyuarakan kebenaran. Peh jadi kayak Gus Dur.

Karena saya masih beberapa bulan di sini, tentu jawabannya tidak sebaik para suhu yang telah lama di sini. Misalnya Bang BJ, sang legendaris yang baru saja selesai sidang tesis. Atau Bang Agung, sang doktor pecinta kopyah ala seniman. Atau Bang Agusta, yang sudah lama tinggal di luar negeri, seperti Taiwan. Juga banyak nama-nama besar lainnya. Karena minim pengalaman, saya cukup sering bertanya mengenai situasi kondisi di Turki untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Namun demikian, sesempit dan sependek yang saya tahu (meminjam bahasa Bang BJ), saya akan menganalisa bagaimana pengalaman indah yang bisa didapatkan saat studi di Turki.

Kondisi Keamanan di Turki

Bisa dibilang Turki adalah negara yang banyak terjadi teror. Misalnya bom, penembakan, konflik di perbatasan, dan beragam musibah lainnya.

Dari sini kita harus berpikir lagi. Lalu kenapa ada teror? Apa masalah? Sebenarnya tidak juga. Tidak semua daerah di Turki itu rawan teror. Setidaknya menurut saya. Misalnya di Konya. Selama 3 bulan tinggal di sini kelihatannya nyantai-nyantai saja. Track record-nya juga saya lihat tidak ada data bom atau masalah serius, kata Google amca, setelah sebelumnya tanya tentang om telolet om. Semoga saja selamanya Konya bisa menjadi kota yang aman. Singkat kata, di Turki tidak semua kota berbahaya.

Poin penting selanjutnya. Kalau pun toh Turki sering ada teror bom dan lain sebagainya, lalu kenapa? Sebenarnya tidak kenapa-napa. Bukan meremehkan. Kita menganggap teror itu berbahaya karena bisa merenggut nyawa. Kalau kita menggunakan cara pandang ini kita pasti menyangka bahwa Turki adalah negara yang lebih mematikan daripada Indonesia. Mari kita buktikan.

Saya coba mencari berapa total korban per tahun karena teror. Saya cari di website resmi pemerintah belum ketemu. Ternyata ketemu artikel tentang teror sepanjang tahun 2016. Saya coba hitung semua, ternyata jumlah yang meninggal selama satu tahun akibat bom tahun 2016 berjumlah 229. Mari kita bandingkan di Indonesia. Ternyata setidaknya hanya 4 korban akibat bom. Itu saja pelaku juga saya hitung. Wah Indonesia aman berarti dari pada Turki? Eh, jangan senang dulu. Kita bandingkan kasus kematian yang lain ya.

Kita lihat dari segi transportasi. Di Indonesia, tahun 2013 (karena statistik Indonesia hanya sampai tahun itu) telah terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 26.416 orang meninggal dunia. Itu artinya ibarat tiap 1 jam ada 3 korban meninggal dunia akibat kecelakaan. Bagaimana dengan Turki? Menurut BPS-nya turki, ada 3.685 korban meninggal dunia akibat kecelakaan pada tahun yang sama. Artinya Indonesia lebih berbahaya daripada Turki, 7 kali lebih mematikan daripada Turki dalam hal lalu lintas. Jadi ingat najis mughalazah dan mutawasitah.

Belum lagi meninggal akibat bencana alam. Rilis BPS tahun 2016 di Indonesia ada korban meninggal sebanyak 26.416 orang. Saya cari di data resmi Turkstat tetapi belum menemukan data tentang natural disaster. Saya membandingkan dengan sumber lain ternyata korban akibat bencana alam di Turki cukup minim karena memang jarang ada bencana alam. Hanya saja pada tahun 2014 ada gempa di laut Aegean yang mengakibatkan 324 orang meninggal dunia. Tentu hal ini tidak ada apa-apanya dengan Indonesia yang pernah mengalami bencana besar seperti Tsunami dan gempa Jogja. Atau perang suku seperti Batak dan Madura yang sepertinya jumlah korban ditutupi atau mungkin tidak bisa dirilis. Juga belum termasuk korban borak, miras oplosan dan beras plastik.

Artinya apa? Jika kita memandang mematikan yang mana antara Indonesia dan Turki, berdasarkan data saya menyimpulkan lebih mematikan Indonesia. Itu belum masuk hitungan kejahatan seperti pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. Saya di Turki agak beda style. Kalau dulu di Indo tas ransel di taruh di perut. Sekarang tas ransel ditaruh di punggung. Tahu kan maksudnya?

Lingkup Sosial

Entah mengapa pertama kali tiba di Konya saya merasakan hampir seperti di rumah sendiri. Utusan Necmettin Erbakan menyambut bak kawan lama. Pegawai asrama juga akrab. Semua orang di Konya sesedikit yang saya temui ramah-ramah. Baik pegawai bank, elkart, satpam, orang-orang di taman, ketua dekan, karyawan kampus, begitu pula mahasiswa yang ada di sana sampai saat ini di mata saya mereka adalah orang yang ramah. Namun jangan kaget jika ketemu dengan orang yang salah. Mereka sering blak-blakan dalam bertanya walaupun tidak kenal. Pernah di taman setelah shalat Jumat ada orang tua umur kisaran 55 tahun bercerita tentang s*x.

Makanan
[Sarapan Khas Turki. Foto s-media-cache-ak0.pinimg.com]
Untuk masalah makanan bagi saya Turki adalah negara yang cukup menyenangkan. Meski pun ada beberapa makanan yang kurang cocok karena maklum orang Indo seringnya makan nasi. Kalau belum makan nasi berarti belum makan.

Saya sangat bersyukur bisa melanjutkan studi di Turki karena makanannya membuat tenang. Maksudnya? Bisa dibilang makanannya sedikit yang haram karena mayoritas Muslim. Tidak seperti yang Mas Agusta ceritakan, waktu di Taiwan banyak makanan mengandung babi. Hiiiiii……. Kalau mau masak sendiri di sini (Konya) banyak market yang menyediakan bahan baku seperti beras, ikan, ayam, telur, bahkan Indomie.

Memang ada mahasiswa Asia Tenggara, tepatnya Filipina yang sampai sekarang belum bisa makan makanan Turki. Namun menurut saya itu cuman kurang latihan saja.

Selain itu, saya juga merasa nyaman makan makanan di warung Turki. Entah karena ada sertifikat kelayakan yang dipampang di tembok warung atau bagaimana. Yang jelas saya tidak was-was seperti di Indo dulu. Makan bakso murah tetapi khawatir isinya tikus. Lalu kucing makan apa? Atau khawatir makan apel lilin, ayam tiren, es cat tembok, tempe yang dicuci di Kali Ciliwung yang hitam pekat, tahu yang dibuat dengan cara diinjak-injak dengan kaki telanjang, atau roti daur ulang. Saya sampai saat ini belum pernah menemukan berita yang sadis tentang makanan.

Bahasa

Bisa dibilang bahasa Turki itu bahasa yang sulit. Namun saya sangat bersyukur dan senang karena bisa studi di Turki dengan bahasa Turki. Mengapa? Saya merasakan ketika belajar bahasa Turki tidak seperti belajar Bahasa Arab yang banyak sekali menguras tenaga. Saya teringat ketika belajar Bahasa Arab harus menuntaskan hafalan sekaligus paham kitab Imrithi, Alfiyah, Jurumiyah, Maqshud, Tasrif, dan bergelut dengan kamus-kamus lughahnya. Belum lagi mempelajari ibarat-ibaratnya. Belum lagi tulisannya tidak sama dengan latin yang memiliki aturan khusus. Belum lagi takziran kalau tidak hafal nanti makan cabai atau dipukul pakai tabuh beduk.

Saya masih ingat waktu berusaha menguasai kitab kuning butuh kerja keras hingga harus menyita waktu bermain, menulis surat (cieh-cieh), cangkruk dan tidur. Perlu usaha berkali-kali dan banyak membaca serta mengulang hafalan. Tidak seperti belajar bahasa Turki. Pengalaman pribadi sebelum berangkat ke Turki saya sudah belajar otodidak dan mendapatkan level A1 waktu test online.

Bahasa Turki merupakan bahasa yang jujur. Tidak seperti bahasa Inggris yang seringkali berbohong antara tulisan dan pelafalan. Vocabnya pun sederhana bagi saya karena banyak mengandung kosakata Arab. Grammarnya pun sederhana, tidak ada perbedaan dhomir antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal waktu pun menurut saya tidak seribet Bahasa Inggris. Jadi tantangan bahasa Turki bisa dibuat sederhana tanpa meremehkannya karena ternyata ia lebih mudah dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain.

Kebebasan Beribadah

Selama di Konya saya merasakan seperti di rumah sendiri. Masjid ada di mana-mana sehingga mau shalat gampang saja. Yang jadi masalah hanyalah waktu musim dingin air wudhu sebagian masjid menjadi beku. Juga karena dingin banget jadinya kesulitan untuk wudhu. Namun hal itu bukan masalah besar.

Dari banyaknya kenikmatan yang begitu besar tersebut lantas tidak membuat saya gelap mata. Saya tetap membuat diri saya prihatin dengan menyibukkan diri untuk banyak berkarya (cieh-cieh). Saya berusaha untuk mencari tantangan agar diri saya tidak merasa keenakan karena dengan tantangan tersebut saya merasa menjadi lebih kuat.

Yang saya rasakan saat ini, belajar di Turki lebih ringan daripada waktu belajar di Indonesia dulu. Di Turki ada dua hari libur umum, Sabtu-Minggu. Belum lagi summer libur 3 bulan. Ditambah libur lagi kalau hujan salju. Waktu di Indo, terutama saat melanjutkan S2 saya kira cukup berat. Sekolah masuk dari minggu sampai Kamis dan Jumat Sabtunya ke Surabaya untuk kuliah. Belum lagi ditambah kegiatan pesantren

Karena menurut saya banyak waktu luang, saya bertekad untuk meneruskan hobi menulis yang sempat terhenti, saya harus mengirimkan satu naskah buku ke penerbit. Dan Alhamdulillah selama 3 bulan di sini saya sedang menunggu keputusan 3 naskah buku pada 3 penerbit berbeda. Saya berprinsip bahwa saat waktu santai harus diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Namun demikian saya berdoa semoga Allah tetap memberi saya beban yang mudah, urusan mudah, dan nikmat yang bisa senantiasa saya syukuri.

Sebelum tulisan ini saya akhiri, saya memberi catatan bahwa studi di Turki adalah relatif, bisa jadi menyenangkan bisa jadi tidak. Ada tempat yang aman ada juga tempat yang tidak aman. Tidak bisa dipukul rata. Tergantung kita milihnya bagaimana? Mau tempat yang menyenangkan bagi kita atau tidak? Saya percaya bahwa kesenangan itu bisa kita ciptakan dan bisa kita dapatkan dengan cara mendalami secara matang apa yang hendak kita jalani. Seperti saya memilih istri, saya memilih karena kuatnya agama dan banyaknya prestasi. Ketika sudah mantap, langsung saja ke rumah bapaknya dan minta anaknya. Sama bapaknya langsung diajak ke mushalla dan berunding layaknya mau mengikrarkan kemerdekaan. Dan ternyata wanita yang aku pilih tidak meleset seperti yang aku amati dan selidiki.

Sebelum saya memutuskan studi di Turki saya sudah persiapan selama 2 tahun. Sebelum apply beasiswa saya sudah melihat hampir seluk beluk kampus, para dosen, mata kuliah, serta tulisan-tulisan para dosen yang bertebaran di Jurnal. Saya melihat bahwa kota Konya ini adalah kota paling menarik hati saya dibanding kota-kota yang lain dan sangat sesuai dengan jurusan saya. Kota pertama yang menjadi pilihan untuk study, dan Alhamdulillah, ternyata kota ini sampai sekarang tidak meleset dari apa yang saya bayangkan. Dan semoga sampai kapanpun kota Konya menjadi kota penuh cinta dan kedamaian. Amin.

Rujukan tulisan: 
http://www.trtworld.com/turkey/timeline-of-bomb-attacks-in-turkey-during-2016-249647
https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indonesia#2016
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1415
http://www.turkstat.gov.tr/PreHaberBultenleri.do?id=18510
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/892


Didik Andriawan
Mahasiswa S3 Tafsir Necmettin Erbakan University, Konya. Kelahiran Nganjuk namun jadi penduduk Kediri. Seneng kangen anak & istri, hobi makan mie ayam. Ndk rajin-rajin amat, sedang berusaha membiasakan diri minum Ayran dan makan Zaitun.

10 Hal yang Wajib Dilakukan di Istanbul

18.25.00 Add Comment

I dare you not to finish it.... I double dare you not to finish it

[Masjid Sultan Ahmet. Foto sultanahmetcamii.org]
Siapa yang tidak kenal kota Istanbul? Kota cantik di Turki ini terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Eropa. Istanbul sendiri menyimpan pernak-pernik sejarah panjang bahkan jauh sebelum Byzantium hingga Kesultanan Usmani seperti biasa kita kenal. Nah, bagi yang ingin berlibur ke Istanbul, catatan dan saran-saran saya berikut bisa dipertimbangkan supaya liburan kamu makin berasa a la Turka! Dijamin deh kamu gak bakalan nyesel.

Tur Bersejarah Dolmabahce-Sultanahmet

Istana Dolmabahce
[Foto pinterest.com]
Istana Dolmabahçe adalah satu tempat yang wajib dikunjungi pagi-pagi untuk menghindari antrian turis yang panjang, kapan lagi masuk tempat tinggal Sultan yang setiap langit-langitnya dilapisi emas sekitar 14 ton! Ditambah lagi kamu akan terpana dengan arsitektur istana yang bergaya campuran Barat dan Timur. Cakep deh!

Pesona Megahnya Masjid Biru

Kamu wajib masuk ke Blue Mosque untuk melihat keindahan masjid yang dilengkapi dengan dekorasi nuansa biru tersebut.

Hagia Sophia, Bangunan Suci untuk Dua Agama
[Foto thousandwonders.net]
Bangunan ini dulunya gereja lalu ketika Fatih Sultan Mehmet menaklukkan Istanbul berubah fungsi menjadi masjid. Sekarang Hagia Sophia beroperasi sebagai museum.

Kejayaan Kesultanan Turki, Istana Topkapı
[Foto miketravelguide.com]
Salah satu alasan untuk ke Istana Topkapı adalah kamu bisa melihat langsung benda-benda peninggalan para Nabi dan juga hadiah-hadiah yang diberikan khusus kepada Sultan. Penasaran kan?

Tur Menyebrangi Selat Bosphorus
[Foto anatoliatravelshop.com]
Dari sini kamu akan melihat dua sisi Istanbul, Asia dan Eropa. Kapal akan berangkat sesuai jadwal, jadi akan lebih baik kalo kamu check jadwal keberangkatannya. Saran nih, karena angin yang kencang di kapal, lebih baik kalo kamu sedia jaket.

Belanja Oleh-Oleh di Grand Bazaar
[Foto Shanda Sofyan]
Oleh-oleh? Ya pasti di sini tempatnya! Kamu bisa menghabiskan waktumu seharian di sini tanpa kamu sadari. Pilihan oleh-oleh di Grand Bazaar pun sangat beragam mulai dari gantungan kunci, piring-piring dengan motif cantik khas Turki, karpet sampai jaket kulit. Pokoknya yang suka belanja wajib ke sini deh, tapi jangan lupa nawar ya!

Naik Tram di Taksim
[Foto anotherheader.files.wordpress.com]
Taksim adalah salah satu pusat keramaian yang paling hits di Istanbul. Jalan sepanjang 1.4 km ini dihiasi berbagai butik, galeri kesenian, toko musik, kafe dan masih banyak lagi. Kamu juga wajib naik tram di sini! Tram yang sudah ada sejak 1956 ini akan membawa kamu bernostalgia dengan dekorasinya yang klasik abis.

Minum Teh Turki
[Foto instagram.com]
Kalian akan kaget melihat gelas teh turki yang kecil mungil dibandingkan gelas teh kita di Indonesia. Tapi jangan salah, penduduk Turki itu mengonsumsi teh paling banyak di dunia loh!

Sarapan A la Turka
[Foto s-media-cache-ak0.pinimg.com]
‘I dare you not to finish it.. I double dare you not to finish it..’ said a Turkish mom  J 
Menjajal Cemilan Pinggir Jalan

Simit, poğaça, permen bersejarah dari jaman Ottoman, roti ikan, es krim Turki (dondurma), kestane, jus buah delima, ayran dan masih banyak lagi. Semuanya harus kamu coba!

Berburu Kacang Pistachio dan Turkish Delight di Spice Bazaar

Kacang pistachio terenak cuma dari Turki! Jangan lupa mampir ke Spice Bazaar kalo kamu penggemar berat kacang-kacangan dan Turkish delight. Bagian depan Spice Bazaar diperuntukkan khusus Turis, semakin kamu jalan ke belakang kamu akan menemukan toko-toko yang memenuhi kebutuhan penduduk lokal. Kalau kamu senang dengan perlengkapan rumah tangga berbau Turki kamu bisa berburu di bagian belakang bazaar.

Menikmati Sunset dari atas Galata Tower
[Foto twitter.com]
Dari atas sini kamu bisa melihat seluruh kota Istanbul 360 derajat. Jangan lupa ya kalau kamu mau berburu sunset, harus datang 1-2 jam sebelum sunset karena antriannya yang panjang banget.

Menutup Hari dengan Secangkir Kopi Turki dan Penganan Manis yang Bikin Nagih, Baklava
[Foto Shanda Sofyan]
Seperti kata pribahasa Turki, di segelas kopi terdapat kenangan selama 40 tahun, yang artinya kopi dianggap sebagai pembuka percakapan di dalam masyarakat, baik antara teman ataupun orang yang belum dikenal. Yuk, minum kopi Turki di Istanbul siapa tahu nemu jodoh J 


Shanda Sofyan
A girl from Jakarta, Indonesia currently living in Istanbul, Turkey. Love to travel and eat. Also has huge interest in photography, home decoration, fashion and healthy lifestyle. Instagram : shandasofyan. Personal blog: shandasofyan.com.