Kampung Perawan Dinasti Usmani

21.58.00

Cumalıkkızık berasal dari kata Cuma (hari Jumat) dan Kızık (perempuan)

[Kampung Perawan, Foto @Farabi]
Masyarakat Indonesia tentu saja sudah tidak asing bila mendengar Istanbul atau Ankara, wajar dua kota tersebut adalah dua kota penting bagi Turki. Istanbul menjadi ibukota Usmani sejak Muhammad al Fatih menaklukan Konstantinopel kemudian berganti nama menjadi Islambol (Islam melimpah). Cikal bakal Dinasti Usmani justru bermulai di Bursa sebelum pindah ke Edirne, setelah Usmani kalah perang dari Timur Leng. Rumah-rumah, istana dan masjid dihancurkan rata dengan tanah. Beruntungnya Cumalıkkızık dan kızık-kızık lainnya bertahan sampai sekarang.

Cumalıkkızık (baca: Jumalekkezek) merupakan perkampungan tua di pinggiran kota Bursa yang berumur lebih dari 700 tahun. Cumalıkkızık berasal dari kata Cuma (hari Jumat) dan Kızık (perempuan). Konon, dari dulu hingga sekarang perkampungan ini selalu ramai pada hari jumat, baik untuk aktivitas perdagangan maupun untuk shalat Jumat berjamaah.

Perkampungan bersejarah ini terletak di distrik Yıldırım, berjarak kurang lebih 10 kilometer ke arah timur dari pusat kota Bursa. Tapi Anda tak perlu khawatir, karena ada banyak Dolmuş (Angkot Turki) jurusan Cumalıkkızık. Di samping itu ada Metro (kereta bawah tanah) yang bisa di akses dari mana saja. Anda hanya perlu turun di Stasiun Cumalıkkızık kemudian meneruskan perjalanan dengan Otobus (transpormasi publik milik pemerintah kota) hingga sampai di kaki gunung Uludağ.

Perkampungan ini dibangun oleh Sultan Orhangazi sebagai perkampungan wakaf. Mata pencaharian masyarakat setempat adalah bercocok tanam dan berdagang. Tanamannya pun beragam mulai dari anggur, raspberry dan gandum. Hasil panen tersebut kemudian dijual di lapangan pintu gerbang masuk perkampungan, tepat pada hari Jumat .

Tanggal 25 Ferbuari 2000 Cumalıkkızık terdaftar di UNESCO sebagai Cagar Budaya Warisan Dunia. Perkampungan ini mulai dikenal dunia ketika menjadi lokasi syuting drama Turki yang berjudul Henna In the Snow. Drama tersebut berhasil meraih sukses di eranya, kemudian muncullah program – program TV lainnya yang tertarik untuk meliput keunikan Cumalıkkızık.

Rumah-rumah di Cumalıkkızık masih mempertahankan kemurnian arsitektur Usmani. Dua atau tiga rumah saling terhubung ke jalan kampung dengan satu pintu gerbang yang terbuat dari kayu. Di samping pintu berdiri kokoh tembok pembatas rumah yang tinggi. Tembok-tembok tersebut terbuat dari tanah liat dan pahatan batu. Lain lagi dinding rumah ada yang terbuat dari pecahan batu bercampur tanah liat, batu bata zaman Usmani, triplek bahkan ada yang hanya terbuat dari tanah liat yang dicampur dengan serabut rumput. 

Hal unik lainnya adalah bentuk jendela di lantai atas yang membentuk pola geometris dan buncit ke depan. Cumalıkkızık bisa dibilang mirip dengan “Rumoh Aceh”, di mana dapur, kamar tidur, ruang tamu berada di lantai atas. Artinya setiap rumah mempunyai tangga masuk ke ruang utama. Sedangkan di lantai dasar diberi papan penutup yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan hasil panen kebun, kayu bakar ataupun tempat penyimpanan perkakas kebun. Jalan-jalan kampung yang menghubungkan rumah kerumah juga terbuat dari pecahan batu yang ditumbuk rata namun diberi celah di tengah-tengah jalan agar air hujan ataupun salju yang mencair dapat mengalir ke sungai.

Cumalıkkızık terdiri dari 270 rumah, beberapa di antaranya sedang dalam proses restorasi. 180 di antaranya berpenghuni dan 85 dari rumah-rumah tersebut terdaftar sebagai model bangunan Dinasti Usmani. Pemerintah daerah juga memasang TV layar sentuh di gerbang masuk perkampungan untuk memandu turis-turis lokal maupun mancanegara.

Keasrian Cumalıkkızık tak hanya pada bangunannya saja melainkan juga gaya hidup masyarakat setempat. Gaya hidup ala Usmani masih melekat di kampung yang berpenduduk 750 jiwa ini. Cara berpakaian, memasak dan memanggang roti semuanya masih sama dengan 700 tahun yang lalu. Bukan berarti primitif, penduduk setempat juga menggunakan handphone atau televisi layaknya penduduk kampung lainnya, hanya saja dari segi tertentu sentuhan modern tidak dapat diterima. Cara hidup dan dekorasi kamar juga disesuaikan dengan perubahan musim.

Cumalıkkızık kini menjadi objek wisata andalan provinsi Bursa dan lambat laun mata pencaharian masyarakat pun mulai berubah. Mayoritas masyarakat setempat kini beralih untuk membuka restoran-restoran untuk kahvaltı (untuk sarapan) dengan mengunakan teras rumah sebagai rumah makan dan pembeli pun dapat menyaksikan langsung proses pembuatan makanan yang masih menggunakan cara tradisional.

Perhatian serius terhadap tempat-tempat bersejarah tak hanya dilakukan di provinsi Bursa saja, melainkan diseluruh Turki. Cumalıkkızık merupakan satu bagian dari ratusan hingga ribuan tempat bersejarah yang mendapat perhatian khusus. Pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi terus bekerja untuk mempertahankan dan merawat tempat-tempat yang mengandung nilai sejarah.

Benda-benda sejarah peninggalan Bizantium, Dinasti Selçuk, Dinasti Usmani mapun era republik masih utuh dan terjaga. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak bangsa agar mencintai dan menghargai jasa pendahulu yang telah berjuang membangun Turki. Jangan heran jika Turki dianggap sebagai salah satu negara paling nasionalis, karena mereka mau menghargai sejarah. 

Disatu sisi, peninggalan-peninggalan sejarah tersebut mampu mendongkrak pariwisatawan asing setiap tahunnya sehingga menjadikan Turki sebagai salah negara tujuan wisata terfaforit didunia. Terlebih didukung dengan sarana transportasi yang lengkap dan saling terhubung ke seluruh titik wisata plus pusat informasi bagi turis yang tersebar disemua tempat membuat penulis berani menyimpulkan bahwa Turki merupakan negara paling nyaman dan aman untuk dikunjungi.

Pertanyaannya, kapan Aceh khususnya dan Indonesia umumnya mengikuti jejak pemerintah Turki dalam melestarikan situs-situs sejarah ?. Banyak tempat-tempat bersejarah terbengkalai dan tak terurus. Maka wajar jika masih banyak anak-anak bangsa yang tidak mengenal dengan baik tokoh-tokoh pendahulu yang telah berkontribusi untuk bangsa.


Zulkhairi Arafah Farabi
Mahasiswa asal Aceh ini tengah menempuh kuliah pada jurusan Administrasi Bisnis di Uludag University Bursa Turki. Alamat blog di sini.

Silahkan Baca Juga

Previous
Next Post »