Mengenal Komunitas Masyarakat Indonesia di Turki Bagian 1

17.47.00

Mari berkenalan dengan komunitas-komunitas masyarakat Indonesia di Turki. Semoga bermanfaat. Dirgahayu Indonesia kita yang ke-71

[Salah Satu Kegiatan Komunitas TIH di Turki. Foto Dok Pribadi TIH]
Sebagai kado peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, tim Turkish Spirit berkerja gotong royong dengan ikhlas mendata dan mengumpulkan komunitas-komunitas masyarakat di Turki. Tujuan proyek ini adalah untuk memperkenalkan keberagaman masyarakat Indonesia di Turki dengan mementaskan jenis-jenis komunitas dan kelompok yang selama ini sudah berdiri. Karena sejauh ini komunitas tersebut belum diangkat ke publik baik oleh organisasi resmi ataupun oleh instansi lain di Turki

Dus, inisiatif tim TS (yang terlibat untuk tulisan Bagian Pertama adalah Ananda Serigar, Hari Pebriantok dan Bernando J. Sujibto) semoga bermanfaat demi menghadirkan keberagaman Indonesia tepat di Hari Ulang Tahun Kemerdekaannya yang ke-71 ini.

Di samping itu, TS ingin menyajikan "Indonesia mini" di Turki sebagai refleksi nyata dari keberagaman Indonesia itu sendiri. Untuk itu, komunitas para pelajar ataupun masyarakat Indonesia di Turki secara umum akan kami terbitkan secara berseri di Turkish Spirit. Dalam terbitan Bagian Pertama ini kami menurunkan komunitas The Indonesian Hanımlar, PCINU Turki, Cakrawala RUHUM, IKPM Turki dan IKAMAT, 

Mari berkenalan dengan komunitas-komunitas masyarakat Indonesia di Turki. Semoga bermanfaat. Dirgahayu Indonesia yang ke-71. Semoga semakin baik dan jaya, menjadi negeri berkeadilan untuk semua! 


The Indonesian Hanımlar (TIH)
Tahun Berdiri: 2 September 2013
Jenis Komunitas: Dalam bentuk grup komunitas di Facebook
[Kegiatan TIH bersama Dubes Indonesia di Turki Bapak Wardana. Foto Dok Pribadi TIH ]
Salah satu komunitas Masyarakat Indonesia di Turki yang tak banyak diketahui adalah sebuah perkumpulan yang nemamakan dirinya The Indonesian Hanimlar (TIH). TIH adalah Komunitas Perempuan-Perempuan Indonesia yang menikah dengan pria Turki di seluruh dunia.
Saat ini anggota yang tercataat dalam komunitas TIH berjumlah 423 orang, tersebar di 14 negara seperti Turki, Indonesia, Amerika Serikat, Jordan, Australia, Singapura, Jerman, Afrika Selatan, Belanda, Georgia, Kazakstan, Kanada, Inggris dan Saudi Arabia.

Istri-istri orang Turki menyebar di banyak negara karena mereka mengikuti suami-suami mereka kerja dan tinggal di negara bersangkutan. Meski begitu mereka tetap berinteraksi dalam komunitas The Indonesian Hanimlar.

Tujuan TIH adalah untuk menjalin ikatan persaudaraan, memperluas wawasan dan memperkaya jiwa perempuan-perempuan Indonesia yang menikah dengan pria-pria Turki di seluruh dunia. TIH mempunyai juga karakter khas yang mereka junjung bersama, misalnya seperti bersikap rendah hati, sederhana dan sopan (modest), terbuka terhadap hal-hal baru, memantaskan diri (decent) dan senantiasa berempati para orang lain.

Di samping itu, dalam komunitas Facebook-nya mereka memperbolehkan postingan apa saja yang dikira bermanfaat selain hal-hal seperti: postingan tidak boleh ada unsur politik dan diskiminasi SARA, tidak menyudutkan dan menjelekkan orang lain atau keompok laik, postingan bersifat pribadi dan tidak ada hubunganya dengan hanimlar yang lain, jangan ada gambar tak senonoh dan vulgar dan dilarang untuk posting barang-barang promosi dan jualan.

“75 % tinggal menetap di Turki (menyebar di seluruh wilayah Turki), 6 % di Indonesia dan 19 % tersebar di 12 negara lain,” jelas ketua TIH Fardal Dalle saat dihubungi tim TS.

Namun, mereka yang tercatat dalam grup Facebook berjumlah sekitar 334 orang. Selebihnya terdaftar dan berinteraksi lewat live notes TIH saja. Beberapa alasan mereka tidak terdaftar di grup FB TIH adalah karena pertama tidak memiliki akun Facebook  dan kedua mereka punya akun Facebook tapi tidak ingin masuk ke grup FB TIH.

Karena TIH bukan organisasi formal, jadi tidak ada pergantian pengurus dan semacamnya. Sistem kepengurusannya adalah dengan cara person in charge. Fardal Dalle sebagai founder dan dibantu 4 orang admin: Ghe Gizem Lüş (Istanbul, European side), Yusnita Öner (tinggal di Florida, USA), Yulianti Elsa Oktay (Yozgat, Turki) dan Iis Arslankaya (Izmir, Turki) (bje/ts).


PCINU Turki
Tahun Berdiri: 2011
Jenis komunitas: Komunitas kekeluargaan warga nahdliyin di Turki
Website/Blog: www.pcinuturki.com
[Salah Satu Kegiatan PCINU Turki. Foto Dok Pribadi PCINU]
Embrio Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki adalah Komunitas Warga Nahdliyyin di Turki (KWNT) yang terbentuk tahun 2011 silam. Komunitas ini bertujuan mempertahankan serta berusaha mensosialisasikan pemahaman Islam yang ramah serta bijak; Islam yang menghormati dan mengedepankan diskusi bukan anarki; Islam yang menghormati bukan mencaci dan menghakimi; Islam yang menjunjung tinggi kearifan lokal serta universalitas pesan Ilahi.

Menurut informasi Ketua Tanfidziyah PCINU Turki Yafik Mursyid, ketika jumlah anggota semakin bertambah, antusiasme serta sambutan positif dari berbagai pihak mulai terlihat, akhirnya warga nahdliyyin di Turki sepakat mengadakan Musyawarah Perdana Komunitas Warga Nahdliyyin di Turki (KWNT) yang diselenggarakan di Istanbul pada tanggal 3 Juni 2012.

Dalam musyawarah tersebut terbentuklah wadah resmi PCINU Turki yang beranggotakan pelajar dan masyarakat Indonesia yang berdomisili di Turki. Yafik yang sedang menyelesaikan program master di Istanbul Üniversitesi menerangkan salah satu hal yang ingin dilakukan komunitas dengan anggota sebanyak 85 ini adalah  menjaga ukhuwah Islamiyah,ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah Insaniyah

Salah satu kegiatan berkala PCINU Turki menurut Yafik adalah Kajian Diskusi Online, sharing kegiatan melalui website. Adapun kegiatan insidental adalah pengajian akbar, peringatan hari besar Islam serta ziarah makam auliya yang berada di Turki (hari/ts).


Cakrawala RUHUM
Tahun Berdiri: 2 September 2015
Jenis Komunitas: Komunitas Diskusi
[Foto Kegiatan Cakrawala RUHUM. Foto Dok. Pribadi RUHUM]
Cakrawala RUHUM, lebih dikenal dengan nama RUHUM (Turki: jiwaku) adalah kelompok studi warga Indonesia di Turki ini bersifat independen, non-partisan, dan terbuka untuk semua kalangan dari berbagai latar belakang yang tidak sama. Perhimpunan ini semacam “kopi darat” atau dalam tradisi Usmani “kahvehane”-nya (Kıraathane) warga Indonesia.

Prinsip dasar RUHUM: mengumpulkan rekan-rekan sebangsa setanah air dalam sebuah akhir pekan yang hangat dan akrab dengan jadwal yang ditentukan. Kita berbincang hangat tentang berbagai masalah yang bisa diangkat dari makalah, skripsi, tesis atau disertasi yang sedang dikerjakan atau sudah jadi, maupun hal-hal keseharian di sekitar kita atau perkembangan terkini dari isu lokal, nasional, regional, dan internasional; juga sangat mendukung diskusi multidisipliner.

Dicetuskan sebagai gagasan pada 5 Februari 2013, nomenklatur “RUHUM” terinspirasi dari Bahasa Turki yang berarti “jiwaku” juga dari sejarah Nusantara yang menyebut orang Turki dengan Bangsa Rum/Ruhum. Motto RUHUM merupakan perpaduan antara harapan untuk menjadi kelompok cendekiawan dalam berbagai bidang dan semangat untuk mengembangkan budaya kosmopolis yang tidak sektarian, visioner, dan mempunyai keluwesan dalam perubahan sosial-politik.

“Pendirian RUHUM dilatarbelakangi oleh minimnya, jika bukan tdk ada sama sekali, kegiatan ekstrakurikuler 'ilmiah' pelajar/mahasiswa Indonesia di Istanbul. Hampir sebagian besar mereka tertarik pada gelombang politik tertentu, baik yg berasosiasi ke Turki maupun Indonesia. Karena itu, RUHUM hadir sebagai tawaran unik di tengah lingkungan seperti itu,” terang Zacky Khairul-Umam, pendiri RUHUM dan sekaligus koordinator pada tahun pertama berdiri.

Sejak berdirinya pada 2013 RUHUM dicanangkan dengan misi sederhana sebagai komunitas kecil yang ingin mengembangkan kajian ilmiah dan menjembatani, jika memungkinkan, pendidikan Turki dan Indonesia kini dan esok. Komunitas ini berpusat di Istanbul.

“Pada diskusi perdana, yang hadir saya, Rusdi Abbas dan Syaroni Rofii. Meski tidak ada maksud lebih besar dari pendirian ini, beberapa organisasi menyebut politis, misalnya erat dengan NU. Padahal bukan, yang berdiskusi lintasgerakan. Misinya kecendekiaan dan 'kosmopolis' bermaksud sebagai wadah kebersamaan dalam upaya bersama bangun komunitas ilmiah,” pungkas Zacky, saat dihubungi TS di sela-sela kesibukannya menyelesaikan studi doktoralnya di Jerman (bje/ts).


Ikatan Keluarga Pondok Modern
Tahun Berdiri: 17 Juni 2012
Jenis komunitas:  Komunitas kekeluargaan antarpondok
Website/Blog: www.ikpmturki.com
[IKPM Turki. Foto Dok. Pribadi IKPM Turki
Salah satu komunitas masyarakat Indonesia yang ada di Turki adalah IKPM Turki (Ikatan Keluarga Pondok Modern). Nama komunitas ini tidak asing lagi bagi orang–orang di Indonesia karena IKPM adalah cabang dari Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) yang beranggotakan para alumni dan santri lembaga Pondok Modern Darussalam Gontor. IKPM berdiri sejak 17 Desember 1949, ketika Kongres Muslimin Indonesia di Yogyakarta.

Menurut situs resmi mereka, lembaga IKPM bertujuan untuk mempererat kekeluargaan dan membina persatuan ummat Islam; mempertinggi budi pekerti dan kecerdasan para anggota dalam rangka pengabdian kepada agama, bangsa, dan negara; Mengusahakan kesejahteraan para anggota dan turut serta bertanggung jawab atas kelangsungan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam mencapai cita-cita menjunjung tinggi agama Islam, sesuai dengan Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 28 R. Awwal 1378/12 Oktober 1958.

Di Turki, lembaga IKPM memiliki 13 orang anggota yang tersebar di berbagai kota di Turki. Kepengurusan organisasi ini di ketuai oleh Musin Abdul Hadi, mahasiswa jurusan teologi di Universitas 19 Mayis, Samsun. IKPM Turki didirikan oleh lima, antara lain Deden Mauli Darajat, (Mahasiswa S2, Departemen Jurnalistik di Anakara Univesitylo) dan Christian Kuswibowo (Mahasiswa S2, Departemen Administrasi Bisnis di Hecetepe University).

“IKPM itu intinya adalah ikatan keluargaan, bukan hanya yang menjadi alumni Gontor, tapi juga mereka yang nyantri di Pondok Pesantren yang didirikan oleh alumni Gontor juga,” ujar Hadi, ketua IKPM Turki ketika dıhubungi via WhatsApp.

Karena anggota  IKPM tersebar di banyak kota di Turki, mereka biasanya bersepakat untuk  bertemu di kota tertentu satu sampai dua kali dalam setahun. Perbincangan lainnya di lakukan lewat media sosial. Kota yang memiliki jumlah anggota IKPM Turki terbanyak adalah di Istanbul yaitu sebanyak lima mahasiswa.

“Misi kami adalah menerapkan nilai-nilai pondok yang sudah diajarkan tanpa mengurangi dan melupakannya dan visi kami adalah untuk membangun sebuah keluarga baru antaralumni pondok guna menjalin ukhwah dan uswah yang baik,” terang Hadi

Selain menjalin hubungan antarpondok, IKPM Turki juga memiliki karya tulis yang membahas masalah pendidikan dan menawarkan nasehat-nasehat akademis, beasiswa Turki, kajian keislaman, bahkan pengalaman dan kehidupan di Turki secara umum (nanda/ts). 


Ikatan Masyarakat Aceh-Turki
Tahun Berdiri: 15 Oktober 2011
Jenis komunitas: Komunitas kekeluargaan antarorang Aceh
[Kegiatan IKAMAT. Foto Dok. Pribadi IKAMAT]
Ikatan Masyarakat Aceh-Turki (IKAMAT) merupakan salah satu komunitas masyarakat Indonesia di Turki yang berdiri pada 15 Oktober 2011 di Istanbul. Menurut ketua IKAMAT Reza, IKAMAT mempunyai sekitar 130 anggota. Komunitas ini mempunyai visi mempererat persatuan dan tali silaturahmi masyarakat Aceh di Turki demi tercapainya kesatuan dalam berpikir dan berbuat untuk membangun Aceh yang lebih baik.

Salah satu misi IKAMAT adalah mengkoordinasi anggotanya dalam berbagai kegiatan akademis dan atau kegiatan sosial serta memberikan kontribusi berupa konsep dan pemikiran dalam percepatan pembangunan Aceh.

“IKAMAT mempunyai kegiatan reguler seperti diskusi, silaturahmi, pengajian serta duek pakat (rapat tahunan pemilihan ketua umum),” terang Reza ketika dihubungi tim TS.

Ketika ditanya tentang rencana komunitas IKAMAT ke depannya, Reza menjawab akan ada acara sosialisasi tentang Turki di Aceh. Semoga komunitas teman-teman Aceh di Turki terus aktif dan memberikan kontribusi untuk mengenalkan keberagaman Indonesia (hari/ts). 



Silahkan Baca Juga

Previous
Next Post »