Makam Sahabat Nabi di Istanbul

20.29.00

"Sebagian besar kita tahu bahwa Istanbul menjadi salah satu tempat peristerahatan terakhir bagi para Sahabat Nabi."

[Foto Makam Abu Ayyup al-Anshari, Diambil dari sini]
Sebagian besar kita tahu bahwa Istanbul menjadi salah satu tempat peristerahatan terakhir bagi para Sahabat Nabi. Tulisan ini merujuk kepada pembahasan dan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Semavi Eyice, Yrd. Doç. Dr. Adem Apak dan Dr. Mehmet Efendioğlu ihwal topik yang satu ini. Dari sumber sejarah Islam, ketika penaklukan Istanbul (Konstantinopel) yang pertama terdapat sedikitnya 63 orang dari Sahabat Nabi yang tergabung dalam rombongan bala tentara. Hal itu tidak lain adalah karena Nabi sendiri pernah berkata bahwa pada suatu hari Istanbul akan menjadi kekuasaan Islam (lihat misalnya Sunan Abu Dawud, cetakan Darul Kutub al-Arabi, Juz 4, Hal 183, bab Fi Amarotil Mala’im).

Oleh karena hadis tersebut, para tentara Arab secara bergelombang datang ke Istanbul setidaknya sebanyak lima kali. Yaitu pada masa Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 669 H, kemudian tahun 673 H, disusul pada tahun 713 H, secara bergelombang coba masuk untuk menaklukkan Konstantinopel. Dalam arus penaklukan tersebut banyak para sahabat yang bergabung dan di antara mereka meninggal syahid di Istanbul. 

Di antara para Sahabat Nabi yang diketahui dikebumikan di Istanbul dan tidak diragukan lagi adalah Sahabat Khalid bin Zaid al-Anshari an-Najjari atau terkenal dengan “Sultan Ayyub”. Beliau adalah orang yang membuka pintu rumahnya ketika Nabi dan rombongannya berhijrah ke Madinah. Beliau disemayamkan di daerah yang dinisbatkan dengan namanya sendiri, yaitu daerah Eyüp.

Diceritakan bahwa Makam Sahabat Ayyub ditemukan oleh Guru dari Fatih Sultan Mehmet yaitu Ak Şemseddin, setelah beliau melakukan Riyadloh Bathiniyyah. Sultan Fatih berkata :”Kegembiraan ini tak terlihat olehku, bukan karena penaklukan ini, akan tetapi karena orang-orang mulia seperti Ak Şemseddin dan keberlangsungan hidup beliau merupakan hal yang sangat menggembirakan bagiku.” Beliau ingin memberikan penghormatan tinggi pada gurunya dan orang-orang mulia seperti para Sahabat Nabi.

Sahabat Nabi adalah orang-orang yang cinta pada Allah dan RasulNya. Makam Sahabat Abu Ayyub ditemukan lalu dibangun oleh Sultan Fatih sebelum membangun kerajaan untuk dirinya. Oleh karena itu, setelah penaklukan Konstantinopel, masjid yang pertama kali dibangun adalah Eyyüp Sultan Camii, bukan diberi nama Sultan Fatih. Ini sebentuk penghargaan luar biasa dari seorang Sultan.

Dalam banyak catatan, di Istanbul terdapat setidaknya 28 makam para Sahabat. Tujuh di antaranya terdapat di daerah Eyüp dan sekitarnya, 18 di antaranya di dalam batas benteng kota Istanbul, dan 3 lainnya berada di daerah Beyoğlu. Akan tetapi secara pasti berapa jumlah makam para Sahabat masih belum jelas. Dan perdebatan apakah tempat-tempat tersebut merupakan “Makam Sahabat” ataukah hanya “Nisan Sahabat”, juga masih dalam ikhtilaf.

Contoh seperti makam Sahabat Abu Darda’ (r.a.) di Istanbul terletak di daerah Eyüp dan juga ada di Karacaahmet. Diketahui bahwa beliau wafat pada tahun 652 H, artinya 17 tahun sebelum tahun penyerangan Konstantinopel pertama kali yaitu tahun 669 H. Tentu kedatangan Abu Darda’ ke Istanbul adalah tidak mungkin. Di daerah Karaköy, di Yeraltı Camii ditemukan makam Sahabat Amr bin Ash (r.a.), beliau juga diketahui meninggal 6 tahun sebelum panaklukan Istanbul yang pertama.

Yrd. Doç. Dr. Adem Apak, seorang peneliti dari Uludağ Üniversitesi, berkata bahwa”Amr bin Ash menjadi seorang wali (gubernur) di Mesir, dan pada tahun penaklukan Istanbul pertama, beliau 6 tahun sebelumnya telah wafat, dan di Kairo terdapat makam dan Masjid dengan nama beliau juga, maka tidak ada hubungan sama sekali dengan Istanbul.”

Sahabat Abu Dzar al-Ghifari ditemukan makamnya  juga di Istanbul. Padahal diketahui beliau wafat 19 tahun sebelum tahun penaklukan Istanbul pertama. Dari sumber yang dapat diterima beliau wafat di Madinah. Di samping itu di daerah Ayvansaray di dalam Masjid Koca Mustafa Paşa terdapat makam Sahabat Jabir bin Abdullah, yang diketahui beliau wafat di Madinah pada tahun 698 H, dan menurut beberapa sumber berbeda, beliau di Makamkan di Jannatulbaki Makkah.

Di daerah Edirnekapı, tepatnya di Atik Ali Paşa Mahallesi, ditemukan makam Sahabat Abu Said al-Hudlri yang diketahui juga bahwa beliau dimakamkan di Cennetulbaki Mekkah. Begitu juga para Sahabat Nabi yang disinyalir bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di Istanbul, akan tetapi makam mereka dapat ditemukan di Istanbul, seperti Muhammad al-Anshari, Abdullah al-Hudlri, Ka’ab, Syu’bah, Hamdullah al-Anshari, Wahb bin Husyairah dan beberapa Sahabat lain yang makamnya masih dalam perdebatan.

Di beberapa tempat yang terkenal dengan “Makam Sahabat” mungkin saja tempat tersebut bukan merupakan makam di mana jasad para Sahabat disemayamkan. Tetapi bisa saja makam tersebut bermakna “Nisan Sahabat” yang dibangun karena kecintaan untuk memberikan penghormatan bagi para Sahabat Nabi. Sehingga tak heran jika seorang Sahabat bisa kita temukan makamnya lebih dari satu tempat.

Berikut ini saya ingin menuliskan 11 Sahabat Nabi yang makam-makamnya dapat diziarahi jika kita sempat berkunjung ke Istanbul, Turki.

1. Sahabat Nabi Abu Ayyub al-Anshari (Halid bin Zayd al-Anshari) (r.a.)

Ayyub al-Anshari adalah keturunan dari kabilah Hazraj. Beliau merupakan Sahabat Anshar yang dengan senang hati membuka pintu rumahnya bagi para Muhajirin. Beliau termasuk Sahabat Nabi yang banyak ikut dalam menjaga al-Qur’an setelah wafatnya Nabi. Dan ketika mendengar bahwa suatu hari Istanbul (Konstantinopel) akan ditaklukkan Islam, beliau bergabung dengan para tentara datang ke Istanbul. Karena sakit akhirnya beliau wafat di Istanbul. Tempat persemayaman terakhirnya ada di daerah yang diberi nama sama dengan namanya sendiri yaitu Ayyub (Eyüp), terleta di samping masjid Eyüp Sultan Camii.

2. Sahabat Nabi Abu Darda’ (r.a.)

Beliau merupakan Kodli (Hakim) Muslim pertama di Syam. Nama aslinya adalah Uwaymir bin Zayd bin Ka’is. Abu Darda’ masuk Islam setelah perang badar. setelah masuk Islam Abu Darda’ menghabiskan banyak waktunya bersama Rasulullah; beliau berhenti dalam berdagang dan termasuk para Sahabat yang hafal Qur’an dengan 4 bacaan. Saking dicintainya, di daerah Eyüp Sultan Camii dan di Konya Ereğli terdapat makam beliau.

3. Sahabat Nabi Abu Syaybah al-Hudlri (r.a.)

Beliau adalah termasuk para Sahabat yang datang di masa-masa penaklukan Istanbul. Makamnya dibangun oleh Fatih Sultan Mehmed di Ayvansaray Istanbul.

4. Sahabat Nabi Hamdullah al-Anshari (r.a.)

Beliau merupakan orang Madinah dan dimakamkan di satu ruang di samping Sahabat Abu Syaybah al-Hudlri.

5. Sahabat Nabi Ahmad al-Anshari (r.a.)

Beliau juga seorang keturunan Madinah, dan dimakamkan di Ayvansaray Istanbul.

6. Sahabat Nabi Muhammad al-Anshari (r.a.)

Berasal dari Madinah, bersama asli Abu Ayyub al-Anshari dan ikut bergabung dalam penaklukan Istanbul. Makam beliau terletak di Ayvansaray tepatnya di Karabaş Mahallesi.

7. Sahabat Nabi Jabir bin Abdullah al-Anshari (r.a.)

Jabir bin Abdullah al-Anshari lahir di Madinah dan merupakan keturunan Bani Hazraj. Beliau bertemu Nabi ketika Perjanjian Aqobah yang kedua. Jabir bin Abdullah al-Anshari terhitung 19 kali ikut berperang bersama Rasulullah. Sebanyak 1540 hadis diriwayatkan olehnya, sehingga beliau termasuk lima orang Sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis. Setelah Nabi wafat, beliau menjabat sebagai penasehat pada keempat Kekhalifahan setelahnya. Pada penaklukan Istanbul, diceritakan bahwa beliau ikut sebagai tentara pembawa bendera. Makam beliau berada di Ayvansaray, di dalam Masjid Atik Mustafa Paşa Camii.

8. Sahabat Nabi Abu Dzar al-Ghifari (r.a.)

Abu Dzar al-Ghifari berasal dari keturunan Kabilah Ghifar yang waktu itu sering melakukan penjarahan, merampok dan menyembah berhala. Tetapi setelah beliau memeluk Islam, di Madinah Munawwaroh beliau mendakwahkan Islam kepada saudara dan kerabat dekatnya di Ghifar. Beliau turut bergabung pada perang Badar, Uhud, Hondak serta penaklukan Siprus. Dan karena penyakit yang diderita, beliau lama tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Makam beliau di Istanbul terletak di Ayvansaray, tepatnya di Karabaş Mahallesi, di samping Masjid Çınarlı Çeşme Mescidi.

9. Sahabat Nabi Abu Sa’id al-Hudlri (r.a.)

Nama asal beliau adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Hudlri, lahir di Madinah dan merupakan keturuna Kabilah Hazraj. Ketika masih kecil, beliau telah ikut terlibat untuk membantu pembangunan Masjid Nabawi. Makamnya terdapat di daerah Fatih, yaitu di Jalan Sultan Çeşmesi tepatnya di Sultan Hamamı.

10. Sahabat Nabi Amr bin Ash (r.a.)

Amr bin Ash lahir di Mekkah dengan nama Amr bin al-Ash bin Wa’il as-Sahmi al-Quraisyi, salah seorang tokoh dari kabilah Quraisy. Selain dikenal sebagai tentara Beliau juga seorang politisi yang cerdas. Sebelum memeluk Islam, beliau adalah seorang panglima dari Kabilah Quraisy dalam memerangi kaum Muslim. Tetapi setelah memeluk Islam beliau sangat menyesali perbuatan-perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Pada masa Khilafah Sayyidina Abu Bakar (r.a.), beliau bergabung dalam penaklukan Palestina, bersama tentara kecil yang memperoleh kemenangan besar hingga pada masa Khilafah Sayyidina Umar (r.a.), Palestina sepenuhnya memeluk Islam. Beliau juga dikenal sebagai penakluk Mesir. Pada perang Shiffin beliau memegang kendali dan menjadi panglima Pasukan Kavaleri Syam. Beliau selamat dari pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Khawarij, dan tiga tahun setelah peristiwa tersebut beliau wafat. Makamnya dapat ditemukan di daerah Karaköy tepatnya di dalam Yeraltı Camii.

11. Sahabat Nabi Sufyan bin Uyaynah (r.a.)

Sejak masih kecil, Sufyan bin Uyaynah telah mulai menuntut ilmu. Beliau merupakan seorang yang mempunyai kecerdasan tajam, mempunyai penalaran dan pemikiran yang kuat dan lurus, sehingga beliau juga meriwayatkan setidaknya 17 hadis. Makam beliau ada di daerah Karaköy tepatnya di dalam Yeraltı Camii.

Demikian sekelumit informasi tentang makam para Sahabat Nabi yang berada di Istanbul. Tentu saya tidak masuk ke dalam khilafiyah atau perbedaan pendapat tentang kebenaran dimakamkannya jasad para Sahabat Nabi pada kuburan tersebut ataukah sekedar nisan untuk menghormati dan mengenang para Sahabat Nabi. Ziarah kubur diniatkan untuk dapat lebih menguatkan keimanan dan ketakwaan kita pada Allah, mengenang jasa-jasa besarnya terhadap Islam dan mengingatkan kita akan kematian yang senantisa membayangi kita. 

Berdoa dan mendoakan mendiang almarhum memang dapat dilakukan di mana saja dan tidak harus datang ke depan makam tersebut. Tetapi dengan berziarah kedekatan hati dan ketulusan perasaan seseorang akan lebih mudah untuk menghadirkan ibroh bagi kehidupan nyatanya dan akhiratnya.

Dari Sa’id al-Hudlri, Rasulullah bersabda “Inni nahaitukum ‘an ziyarotil qobri, Fazuuruha fainna fihaa Ibroh,” Rowahu Ahmad, warijaluhu rijalussahih (Hafidz al-Haitsimi, Mujma’ Zawa’id wa Manba’ Fawa’id, Juz 3, Hal 84).

Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat rahmat dan inayahNya. Amin.


Muhammad Labib Syauqi Penulis adalah lulusan Master dari Necmettin Erbakan University, Konya Turkey dan dosen di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Untuk korespondensi silahkan melalui blog pribadi di sini.

Silahkan Baca Juga

Previous
Next Post »