Memanah, Harta Karun Kesultanan Usmani

16.39.00

"Okmeydanı dan Kemankes adalah bukti kejayaan ilmu memanah Kesultanan Usmani"

[Portrait Okmeydanı Abad 18 oleh Luigi Mayer]
Busur dan anak panah telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kekuatan Dinasti Usmani sejak masa berdirinya, meski peran mereka kemudian tergantikan oleh senapan api pada abad ke-16. Bala tentara yang mempunyai keahlian khusus dengan panah memegang peranan penting dalam momentum penaklukan kota Konstantinopel atau Istanbul sekarang. Pasukan pemanah dan berkuda menjadi pasukan pendobrak dan sekaligus penyokong pasukan lain yang telah menjadi kesatuan dalam kekuatan pasukan penakluk Konstantinopel. Sehingga tidak heran apabila Sultan Mehmet Sang Penakluk menghargai ilmu panahan sangat tinggi. Sang Sultan mendirikan lapangan panah yang disebut Okmeydanı di atas tanah wakaf Sang Sultan di dekat Golden Horn, Istanbul sekarang.

Sultan Mehmet sering berkunjung ke area tersebut untuk melihat aktivitas para pemanah dan calon pemanah yang tengah berlatih. Beliau juga datang khusus di saat acara penobatan para pemanah yang telah lulus ujian dan kemudian akan menjadi prajurit pemanah yang disebut Kemankes. Selain itu di area ini pula para pemanah Kesultanan Usmani mengadakan lomba menembakkan panah terjauh di antara mereka. Di arena memanah jarak jauh terdapat beberapa lapangan tergantung arah angin.

Setelah para Kemankes mengambil wudhu, mereka berkumpul di tempat yang disebut ayak taşı atau batu kaki. Sebelum memulai memanah mereka akan melafalkan kalimat berikut bersama-sama: "Ne hava vü ne keman-ü kemankeş. Ancak erdiren menziline nidayı ya Hak!" yang berarti "bukan karena cuaca dan bukan karena busur, melainkan kami para pemanah dapat menjangkau tempat yang jauh karena Engkau sang al-Haq."

Versi pendek dari kalimat di atas, sebagaimana dijelaskan dalam buku Türk Okçuluğu atau Panahan Turki, adalah penyebutan "Ya Hak" yang sering diucapkan para pemanah Turki ketika melepaskan anak panah. Ini adalah semacam doa agar anak panah terbang lurus, juga sebagai pengingat bahwa manusia hanya mampu berusaha. Karena Allah yang mengijinkan manusia memanah dan Dia pula yang menentukan hasilnya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

"Wahai dia yang melesatkan anak panah! Jika engkau mengenai tujuanmu itu bukanlah karena kemampuanmu melainkan karena Allah" (Al Anfal:17).

Sikap dan keyakinan seperti ini harus dimiliki para Kemankes Usmani. Di saat gagal mencapai target, mereka akan melihat ke dalam-diri (refleksi) dan berusaha memperbaiki diri supaya Allah berkenan memberikan izinNya. Ketika berhasil mencapai target, mereka tahu bahwa semua karena rahmat dan izin Allah semata sehingga mereka tetap tenang dan rendah hati.
(Sumber: The Arms of The Sultans oleh Hilmi Aydin)


Fahmi Ranggamurti
Pelatih memanah dan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Marmara University Istanbul, Turki. Media sosial Facebook Fahmi Ranggamurti

Silahkan Baca Juga

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar