Pernak-Pernik Kehidupan Desa di Turki

21.58.00

"Karena orang Turki tak mengenal budaya makan nasi untuk sarapan, jadi Necibe Hanım harus menyiapkan roti untuk keluarganya."

[Bersama Necibe Hanım di Kebun]
Musim panas tahun 2014 kemarin ketika saya tak pulang kampung. Libur summer saya habiskan di tanah Anatolia. Waktu itu saya berkesempatan untuk menengok pernak-pernik kehidupan pedesaan di desa Çaylı Köyü (Desa Teh). Çaylı Köyü  terletak 10 km dari pusat kota Adıyaman. Ada sekitar 15 rumah yang tinggal di desa ini.

Untuk menuju ke Adıyaman, saya menaiki bus antarkota. Bus berangkat dari Konya Otogar (Terminal Bus Konya) pukul 23.00. Saya suka perjalanan malam karena bisa tidur nyenyak. Pagi sekira pukul 06.00 bus kami mogok di daerah Kahramanmaraş. Setelah beberapa menit menunggu , sang kaptain (sebutan akrab untuk sopir) dan timnya berhasil membenahi saluran bahan bakar yang bocor. Kemudian kami melanjutkan perjalanan dari kota yang terkenal dengan es krim spesialnya.

Sekira pukul 09.00 saya sudah sampai di terminal Adıyaman. Di sana telah menunggu Mehmet dan bapaknya.

“Hari hoş geldin,” sapa Mehmet.
[Memerah Susu untuk Yogurt dan Ayran]
Ia lalu mengenalkan bapaknya. Selama di desa Çaylı, saya tinggal di rumah Mehmet sekeluarga.
Mehmet adalah putra sulung. Ia  tinggal bersama bapak, ibu serta empat saudaranya. Bapaknya bernama Halil Bey, setiap hari ia bekerja di Çayevi (kedai teh) miliknya yang terletak di pusat kota Adıyaman. Ibunya Necibe Hanım merupakan ibu rumah tangga. Saudara tertuanya, Hakim, berkuliah di Universitas Istanbul. Tiga saudara perempuannnya sedang menempuh pendidikan di SMA. 

Mehmet keturunan campuran suku Kurdi dan Zaza. Di rumah bersama keluarga Mehmet bertutur dalam bahasa Kurdi, namun selama saya tinggal bersama, mereka menggunakan bahasa Turki.

Pagi itu Necibe Hanım terlihat menyalakan api di dapur tradisional di samping rumah. Penasaran saya mendekat, “Ne yapıyorsun, Teyze?” (sedang apa, Ibu) tanyaku.

Ekmek yapıyorum, Oğlum,” (lagi bikin roti) jawabnya.
[Makan Malam Bersama Keluarga Mehmet]
Karena orang Turki tak mengenal budaya makan nasi untuk sarapan, jadi Necibe Hanım harus menyiapkan roti untuk keluarganya. Bagi orang-orang yang tinggal di kota mereka tak perlu susah payah memasak roti sendiri karena sudah ada toko toko yang menyediakan roti.
Sebelum membikin roti, Necibe Hanım biasa memerah sapinya. Susu hasil perah biasa dibuat Yogurt dan minuman khas Turki ayran.

Setelah sarapan saya ikut Necibe Hanım ke bostan (kebun) untuk mengairi sayuran-sayuran.
Ketika jam makan malam, kami sekeluarga makan bersama di depan rumah. Saya tak merasa asing di desa Mehmet, mereka seperti keluarga saya sendiri.


Hari Pebriantok
Mahasiswa asal Sragen sedang studi Jurnalistik di Selcuk University, Konya Turki dan pecinta fotografi.

Silahkan Baca Juga

Previous
Next Post »